Lantaran memiliki banyak keunggulan, Gubernur Khofifah meminta varietas ini segera didaftarkan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) ke Ditjen Kekayaan Intelektual Kemenkumham. Sehingga varietas ini bisa mendapatkan hak paten sebagai hasil karya masyarakat Ponorogo. Disamping itu, ketika benih ini dipasarkan ke daerah lain, namanya tidak berubah.
“Sama seperti Reog Ponorogo, kalau benih ini dipasarkan ke daerah lain mau ditanam di Medan, di Maluku, di NTT dimanapun maka namanya tetap jagung hibrida varietas Reog 234. Sama seperti kesenian Reog Ponorogo, mau dimainkan dimanapun di seluruh Indonesia namanya tetap Reog Ponorogo,” katanya.
Berdasarkan data BPS, produksi jagung Jatim pada tahun 2021 mencapai 6,662 juta ton PPK dari luas panen 1,230 juta Ha dengan rata-rata produktivitas sebesar 54,16 Ku/Ha. Produksi jagung Jatim tersebut berkontribusi 26,34 % terhadap nasional. Yang sekaligus juga menempatkan Jatim sebagai provinsi tertinggi penghasil jagung di Indonesia.
Sedangkan berdasarkan data sementara BPS, produksi jagung di Jatim pada tahun 2022 diprediksi mencapai 7,319 juta ton PPK dari luas panen 1,326 juta Ha.
“Jadi data yang fixed masih tahun 2021 karena untuk data produksi jagung tahun 2022 dari BPS secara resmi rencananya akan dirilis pada Maret ini,” katanya.
Menurut Khofifah, permintaan maupun market dari produksi jagung ini sangat tinggi. Baik untuk pakan ternak, maupun digunakan untuk industri produk makanan minuman sektor rumah tangga. Di sektor pakan ternak, pasar utama pakan ternak di Jatim adalah peternakan ayam ras pedaging dan petelur. Dimana 50 persen komponen pakan ayam adalah jagung.