SURABAYA, PustakaJC.co - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 153 bencana hidrometeorologi meliputi banjir, tanah longsor, hingga puting beliung melanda Provinsi Jawa Timur (Jatim) pada musim hujan tahun kemarin. Angka bencana itu menjadi salah satu yang tertinggi secara nasional.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur (Jatim) mulai melakukan pemetaan wilayah rawan banjir di sejumlah daerah. Pemetaan ini sebagai upaya mitigasi menjelang peralihan musim kemarau ke musim hujan.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jatim, Gatot Soebroto, menyatakan, sudah ada tiga kabupaten yang dipetakan menjadi daerah rawan banjir. Antara lain, Kabupaten Sampang, Pamekasan, dan Pasuruan.
“Beberapa kali banjir, terjadi di wilayah tersebut,” ujar Gatot dalam keterangan media, Rabu, (22/11).
Gatot menyebut, sejumlah faktor yang memengaruhi terjadinya banjir di tiga kabupaten itu karena normalisasi sungai yang belum maksimal, penumpukan sampah di aliran sungai, hingga adanya bangunan rumah di bantaran sungai yang membahayakan penduduk.
“Ini menjadi pekerjaan rumah di hampir semua sungai yang ada di Jatim,” tuturnya.
Selain tiga daerah itu, BPBD Jatim juga menyoroti dampak kebakaran hutan dan lahan di beberapa gunung. Salah satunya di kawasan Gunung Arjuno.
Menurut Gatot, ranting-ranting bekas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan itu perlu dibersihkan. Sebab apabila terjadi banjir dari atas gunung, ranting itu akan terseret arus ke rumah-rumah penduduk.
“Waktu itu banyak sekali kayu-kayu ranting yang terbawa banjir. Kami tidak ingin banjir yang ada di Batu terulang kembali,” kata dia.
BPBD Jatim telah mengimbau pembersihan ranting di daerah dataram tinggi serta pembersihan saluran untuk mengantisipasi terjadinya banjir.
“Perlu penguatan drainase dan pengecekan seluruh sarana prasarana dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi bencana hidrometeorologi,” tuturnya.
Kata Gatot, BPBD kabupaten/kota wajib memantau timbunan sampah di hulu dan hilir sungai. Selain itu perlu ada rambu jalur evakuasi apabila terjadi banjir sewaktu-waktu.
Selain itu, BPBD Jatim hingga saat ini mulai melakukan pemetaan daerah aliran sungai (DAS) besar yang berpotensi meluap dan menjadi penyebab banjir.
Sementara itu, Teguh Tri Susanto Kepala Seksi (Kasi) Data dan Informasi BMKG Juanda menyatakan masa peralihan musim akan terjadi pada awal hingga pertengahan November 2023.
“Kalau prakiraan awal musim penghujan mundur 2-3 dasarian, November dasarian kedua sampai Desember baru ada hujan di beberapa daerah,” kata Teguh. (int)