Berita ini disuport oleh BPBD Jatim
SURABAYA, PustakaJC.co - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur (Jatim) terus siap siaga menangani dampak gempa di Pulau Bawean. Hal ini terbukti dengan telah rampungnya perbaikan 331 fasilitas umum terdampak gempa di Pulau Bawean.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jatim, Gatot Soebroto menjelaskan, dari 331 fasilitas (ponpes, masjid, puskesmas dan sekolah) telah selesai dilaksanakan sebanyak 94% atau 308 unit.
"Perbaikan fasum saat ini telah mencapai 94%. Dalam kondisi darurat bencana, perbaikan fasum memang diprioritaskan pada pengembalian fungsi agar bisa segera digunakan kembali oleh masyarakat," ujarnya dalam wawancara tertulis yang diterima PustakaJC.co, Jumat, (12/7/2024).
Gatot merinci, akibat gempa itu, ratusan masyarakat masih menghuni tempat hunian sementara. Saat ini, pemerintah masih terus melakukan pendataan dan upaya mitigasi lainya.
Informasi yang dihimpun dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ada tiga guncangan besar atau dengan kekuatan melebihi magnitudo 5.
Ketiga guncangan bersumber dari kedalaman 10-12 kilometer Laut Jawa, antara 30 dan 40 kilometer di barat Pulau Bawean.
Guncangan besar pertama dengan magnitudo 5,9. Setelah itu ada lima gempa susulan dengan kekuatan magnitudo di bawah 5. Gempa besar berikutnya pukul dengan magnitudo 5,3.
Selanjutnya, ada 13 guncangan susulan. Gempa besar ketiga yang berdaya rusak tinggi dengan magnitudo 6,5. BMKG mencatat sudah terjadi lebih dari 290 kali gempa susulan.
Namun, sejak gempa besar ketiga, magnitudo guncangan menurun. Meski begiitu kalangan warga Pulau Bawean yang berpopulasi 105.000 jiwa tetap merasakannya dan menjadi trauma.
“Proses perbaikan kedaruratan yang dilakukan saat ini lebih diprioritaskan untuk mengembalikan fungsi fasum, bukan membangun mulai awal,”tambahnya.
Selain perbaikan fasum, Gatot menyebut pihaknya melaksanakan kegiatan pemetaan geologi pasca kejadian bencana. Pemetaan ini bertujuan untuk memetakan kerusakan tanah dan batuan akibat kejadian bencana geologi termasuk kejadian gempa bumi, dan peta ini menjadi data dasar revisi tata ruang.
“Hal ini sejalan dengan pasal 7 dan 9 Permen ESDM nomor 11 tahun 2016 tentang Penetapan Kawasan Rawan Bencana Geologi,”jelasnya.
Selain melakukan pemetaan dampak gempa bumi secara langsung di lapangan, BPBD juga mengikuti rapat koordinasi dengan Posko gempa bumi Bawean di Pasanggrahan, diskusi tentang mitigasi gempa bumi dengan Kades Lebak, Sukaoneng, tokoh masyarakat, masyarakat terdampak di lokasi pemeriksaan dan pengurus Pondok Pesantren Hasan Jufri. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mereka tentang mitigasi gempa bumi.
“Selanjutnya untuk mengantisipasi terjadinya bencana mendatang, maka BPBD telah membentuk DESTANA (desa tangguh bencana) agar kapasitas masyarakat lebih siap baik dari pra, tanggap dan paska bencana,”pungkasnya.
Berdasarkan hasil monitoring BMKG, gempa bumi ini masih merupakan rangkaian gempa susulan dari gempa pertama yang melanda pulau itu. Diketahui, gempa besar berkekuatan 6,0 dan 6,5 Magnitudo pertama kali mengguncang Bawean pada 22 Maret lalu.
BMKG mencatat sampai saat ini gempa bumi yang terjadi di Pulau Bawean sudah mencapai 657 kali gempa susulan. Episenter gempa terletak pada koordinat 5.87° Lintang Selatan dan 112.56° Bujur Timur.
Ia mengimbau kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh dengan kabar-kabar hoaks. Selain itu, masyarakat tetap diimbau untuk menghindari bangunan yang retak maupun rusak akibat gempa.
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa. Ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah,"tutup akun tersebut.
Seperti diketahui, kejadian gempa bumi Bawean tanggal 22 Maret 2024 telah mengakibatkan terjadinya bencana berupa kerusakan bangunan, likuefaksi, retakan tanah dan juga gerakan tanah. Kerusakan terparah adalah di daerah baratdaya P. Bawean yaitu Desa Lebak (Dusun Raba dan Tanjung Anyar), Desa Dekat Agung (Dusun Prapat Tunggal) serta ujung baratlaut (Desa Sukaoneng, Telukjatidawang). (ayu)