"Kami ingin membentuk keluarga tangguh yang mampu melahirkan anak-anak sehat," katanya.
Surabaya juga mengandalkan 6.800 personel Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang tersebar di seluruh wilayah, mendampingi calon pengantin, melakukan tes kesehatan sebelum menikah, hingga home visit pasca pernikahan.
Kolaborasi yang solid dari berbagai pihak, seperti PHRI, BUMD, LSM, POGI Surabaya, IDAI Jawa Timur, PERSAGI Surabaya, Baznas, dan Bangga Surabaya Peduli (BAP), turut diapresiasi dalam upaya pencegahan stunting ini.
Dalam Rembuk Stunting 2025, hadir tiga narasumber utama: perwakilan Bappeda Provinsi Jawa Timur yang membahas pelaksanaan aksi konvergensi berdasarkan UU No. 59 Tahun 2024, perwakilan BKKBN Jawa Timur yang memaparkan program Quick Win kementerian, serta Prof. Dr. Sri Sumami yang berbicara mengenai strategi pencegahan stunting melalui pendekatan 8.000 Hari Pertama Kehidupan. (nov)