Pemkot Surabaya Gelar Rembuk Stunting 2025, Tegaskan Komitmen Kolaboratif Menuju Zero Growth Stunting

pemerintahan | 26 April 2025 19:17

Pemkot Surabaya Gelar Rembuk Stunting 2025, Tegaskan Komitmen Kolaboratif Menuju Zero Growth Stunting
Pemkot Surabaya Gelar Rembuk Stunting 2025, Tegaskan Komitmen Kolaboratif Menuju Zero Growth Stunting (dok Kominfojatim)

SURABAYA, PustakaJC.co - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kembali menegaskan komitmennya dalam menurunkan angka stunting lewat Rembuk Stunting 2025 yang digelar di Graha Sawunggaling pada Jumat (25/4/2025). Acara ini melibatkan berbagai sektor dan menjadi ajang untuk mempererat kolaborasi serta menyatukan langkah demi tercapainya target Surabaya Zero Growth Stunting.

 

Dalam kesempatan tersebut, Pemkot Surabaya juga memberikan penghargaan kepada para mitra kerja yang aktif berkontribusi dalam percepatan penurunan stunting. Selain itu, dilakukan pula penandatanganan komitmen bersama sebagai wujud sinergi lintas sektor.

 

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Surabaya, Ikhsan, menegaskan bahwa Pemkot Surabaya terus berupaya menyelesaikan masalah stunting. Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, bersama Ketua TP PKK Kota Surabaya, Rini Indriyani, bahkan turun langsung ke lapangan untuk memantau dan memberikan motivasi.

 

"Kita kembali memperkuat komitmen untuk mengatasi stunting dengan mengevaluasi langkah-langkah yang akan dilakukan," ujar Ikhsan.

 

Ia juga menyampaikan capaian positif Surabaya dalam menurunkan prevalensi stunting. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2023, angka stunting di Surabaya hanya sebesar 1,6 persen terendah di Indonesia.

 

Pemkot Surabaya sendiri fokus pada dua hal utama: menyelesaikan kasus stunting yang ada dan mencegah kemunculan kasus baru lewat berbagai program berkelanjutan.

 

"Awalnya stunting kita di angka 48 persen, sekarang sudah turun ke 1,6 persen. Kita sudah memahami kondisi anak-anak dan akan terus menjaga ini," lanjutnya.

 

Program-program inovatif Surabaya juga terbuka untuk diadopsi daerah lain. "Pak Wali membuka kesempatan daerah lain untuk belajar ke Surabaya, tentu dengan menyesuaikan kebutuhan masing-masing," tambah Ikhsan.

 

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (DP3A-PPKB) Surabaya, Ida Widyawati, menambahkan bahwa Rembuk Stunting 2025 bertujuan memastikan pencegahan stunting menjadi prioritas di semua tingkatan pemerintahan dan masyarakat.

 

Acara yang diikuti 7.236 peserta secara hybrid ini juga bertujuan memperkuat koordinasi program lintas sektor serta meningkatkan akses pangan bergizi dan ketahanan pangan.

 

"Ini juga bagian dari upaya membangun kesadaran publik serta perubahan perilaku masyarakat untuk mencegah stunting," ujar Ida.

 

Ia menuturkan, Rembuk Stunting 2025 merupakan yang keempat kalinya digelar Pemkot. Upaya pencegahan stunting sudah dimulai sejak remaja melalui pemberian tablet tambah darah rutin bagi remaja putri serta pendampingan calon pengantin melalui Kelas Catin.

 

"Kami ingin membentuk keluarga tangguh yang mampu melahirkan anak-anak sehat," katanya.

 

Surabaya juga mengandalkan 6.800 personel Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang tersebar di seluruh wilayah, mendampingi calon pengantin, melakukan tes kesehatan sebelum menikah, hingga home visit pasca pernikahan.

 

Kolaborasi yang solid dari berbagai pihak, seperti PHRI, BUMD, LSM, POGI Surabaya, IDAI Jawa Timur, PERSAGI Surabaya, Baznas, dan Bangga Surabaya Peduli (BAP), turut diapresiasi dalam upaya pencegahan stunting ini.

 

Dalam Rembuk Stunting 2025, hadir tiga narasumber utama: perwakilan Bappeda Provinsi Jawa Timur yang membahas pelaksanaan aksi konvergensi berdasarkan UU No. 59 Tahun 2024, perwakilan BKKBN Jawa Timur yang memaparkan program Quick Win kementerian, serta Prof. Dr. Sri Sumami yang berbicara mengenai strategi pencegahan stunting melalui pendekatan 8.000 Hari Pertama Kehidupan. (nov)