JAKARTA, PustakaJC.co - Rencana membentuk 80 ribu Koperasi Desa Merah Putih dinilai berisiko gagal jika dipaksakan tanpa hitung-hitungan matang. Ekonom menyebut dana jumbo Rp400 triliun bisa jadi blunder fiskal terbesar jika salah kelola.
Pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto tengah menyiapkan proyek besar membentuk 80 ribu koperasi desa. Namun, langkah ini memicu kekhawatiran sejumlah ekonom, termasuk dari Universitas Paramadina. Dilansir dari jawapos.com, Selasa, (29/4/2025).
“Mewujudkan Koperasi Desa Merah Putih tanpa kalkulasi yang matang bisa jadi kesalahan fatal,” kata ekonom Paramadina, Wijayanto Samirin, Senin, (28/4/2025).
Ia menyebut angka Rp400 triliun yang disiapkan pemerintah sangat berisiko jika tidak dibarengi dengan perencanaan ketat dan prototipe yang sudah terbukti.
“Bukankah Indonesia negeri yang marak budaya korupsi? Mengapa tidak 1.000 dulu sebagai pilot project, lalu dimultiplikasi setelah menemukan prototipe yang tepat?” ujarnya.
Menurutnya, program ini rawan menjadi proyek simbolik tanpa hasil konkret jika hanya dikejar target angka.
Kekhawatiran serupa juga ia sampaikan pada program 3 juta rumah per tahun dan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas serempak. Dalam situasi fiskal yang ketat, kombinasi tiga program ini bisa menyeret ekonomi nasional ke dalam tekanan berat.
“APBN terbatas, penerimaan sulit, utang membengkak, dan pertumbuhan ekonomi diprediksi Cuma 4,7 persen tahun 2025. Ini waktu yang genting, bukan ruang untuk berjudi,” tambah ekonom Paramadina itu.
Sementara itu, Menteri Koperasi dan UKM Budi Arie Setiadi menegaskan bahwa pembentukan koperasi akan dilakukan secara berjenjang dan hati-hati. Ia menyebut ada 27 ribu desa yang belum memiliki koperasi, dan fokus awal akan ke sana.
“Kita ingin koperasi ini tidak sekadar retorika dan romantisme masa lalu. Semuanya akan dihitung, termasuk pembiayaan dari perbankan dan BUMN,” jelas Budi.
Koperasi desa bisa jadi instrumen ekonomi rakyat paling strategis jika dilahirkan dari perhitungan yang cermat, bukan ambisi politik. Tanpa itu, proyek raksasa ini berpotensi jadi bom waktu fiskal yang menyakitkan. (ivan)