“Itu kan hanya untuk menarik perhatian publik saja. Karena dongkol saja, dan mungkin bingung cari cara melampiaskan kemarahan sesaat,” kata wakil rektor itu.
Terkait dampak politiknya, ia menilai bahwa wacana pemakzulan justru hanya akan menciptakan kegaduhan di ruang publik. Jika terus terekspos, hal ini bisa merugikan semua pihak, khususnya para pemrakarsa.
Untuk meredam situasi, Surokim menilai perlu adanya komunikasi politik yang efektif. “Semestinya ada pihak yang menjembatani agar kegelisahan para purnawirawan itu bisa didengarkan dan tersalurkan dengan baik,” tutupnya. (nov)