Ia menjelaskan, minat penumpang rendah karena beberapa faktor. Di antaranya jadwal penerbangan yang hanya dua kali seminggu—setiap Rabu dan Jumat—serta hanya dilayani oleh satu maskapai, Citilink. Harga tiket yang lebih mahal dibanding Bandara Juanda juga membuat masyarakat lebih memilih terbang dari Sidoarjo.
“Calon penumpang dari Kediri raya lebih memilih alternatif lain yang lebih fleksibel dan ekonomis meski harus menempuh jarak lebih jauh,” jelasnya.
Khusnul menambahkan, keberadaan Tol Kertosono–Tulungagung yang mempermudah akses ke Bandara Juanda justru bisa semakin memperlemah posisi Bandara Dhoho. Untuk itu, ia mendesak evaluasi menyeluruh dengan melibatkan akademisi, praktisi, dan pemangku kepentingan dari 13 daerah penyangga bandara.