JAKARTA, PustakaJC.co - Dalam Konferensi Internasional Transformasi Pesantren yang digelar Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Jakarta, Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan pandangan visioner soal peran pesantren dalam sistem pendidikan nasional. Selasa, (24/6/2025).
“Pesantren bukan sekadar tempat belajar dari guru, tapi tempat mencari ilmunya Allah. Ini menjadikannya jauh lebih dari sekadar sekolah,” kata Menag di hadapan para kiyai, cendekiawan, dan tokoh pendidikan. Dikutip dari kemenag.go.id, Rabu, (26/6/2025).
Mengutip Nurcholish Madjid, Menag menyebut bahwa jika Indonesia tidak dijajah Belanda, kampus-kampus besar hari ini mungkin bukan UI atau ITB, tapi justru pesantren seperti Lirboyo dan Tebuireng yang menjadi pusat keilmuan utama bangsa.
Ia menambahkan, pesantren memiliki ciri khas epistemologis yang tak dimiliki lembaga pendidikan umum.
“Di pesantren, ilmu tak hanya berasal dari akal. Ada wahyu, ilham, dan mukasyafah. Ada enam sumber ilmu, bukan satu. Ini fondasi luar biasa bagi masa depan,” jelasnya.
Menariknya, tren pendidikan berasrama seperti pesantren kini menjadi rujukan di negara maju. Menag mengungkap bahwa profesor pendidikan dari Inggris menyebut model pesantren sebagai salah satu bentuk pendidikan paling modern saat ini.
Dengan jumlah komunitas pesantren yang mencapai lebih dari 10 juta orang, ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor agar vitalitas pesantren terus tumbuh dan memberi dampak luas bagi bangsa.
“Kami ingin menciptakan insan kamil dari pesantren. Tokoh-tokoh besar seperti Ibnu Rusyd, Ibnu Taimiyah, Al-Khawarizmi mereka semua ulama dan ilmuwan. Itu target pendidikan kita,” ujar Nasaruddin.
Sementara itu, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar juga mendorong pesantren untuk tampil sebagai pemimpin perubahan di era digital.
“Kita harus akui, penyebaran nilai agama kini sangat dipengaruhi algoritma media sosial. Pesantren harus adaptif dan jadi pionir, bukan sekadar mengikuti arus,” ucap Cak Imin.
Ia juga mengingatkan bahwa beban ekspektasi terhadap pesantren sering kali tinggi, sementara dukungan riil masih terbatas.
“Ini jadi PR kita bersama. Pesantren harus didorong dengan sistem, bukan hanya semangat,” tegas Ketua Umum PKB itu.
Dengan akar tradisi yang kuat dan semangat inovasi yang terus tumbuh, pesantren dinilai memiliki potensi besar menjadi pusat transformasi pendidikan nasional. Bukan hanya menjaga moral generasi, tetapi juga menyiapkan pemimpin masa depan yang utuh secara ilmu dan akhlak. (ivan)