SURABAYA, PustakaJC.co – Dua ibu muda korban penipuan akhirnya bisa pulang ke kampung halaman bersama anak-anak mereka, berkat fasilitasi Dinas Sosial Jawa Timur (Dinsos Jatim). Mereka adalah Halimah (28) dari Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, dan Dwi Cahyani (35) asal Banyuwangi, Jawa Timur.
Keduanya mengalami nasib serupa—ditelantarkan oleh laki-laki yang awalnya menjanjikan kehidupan baru. Alih-alih mendapat masa depan yang dijanjikan, mereka justru harus bertahan hidup dalam keterbatasan bersama anak-anak kecil mereka di perantauan. Dilansir dari bhirawaonline.co.id, Kamis, (30/7/2025).
“Saya mencoba bertahan meski suami ninggalin tanpa alasan. Yang penting anak saya bisa makan,” ujar Halimah saat menjalani asesmen oleh Suwartini Dwi Astuti, Pekerja Sosial Madya Dinsos Jatim.
Halimah membawa tiga anaknya—H (12), MR (7), dan RA (5)—merantau ke Kalimantan Tengah bersama suami barunya, yang menjanjikan pekerjaan di kebun kelapa sawit. Tapi setelah satu bulan, suaminya pergi tanpa kabar. Halimah bertahan selama empat bulan dengan upah seadanya sebelum akhirnya minta bantuan ke Polsek Sampit, lalu dirujuk ke Dinsos Kota Waringin Timur, hingga akhirnya difasilitasi pemulangan oleh Dinsos Jatim.
Kisah serupa dialami Dwi Cahyani (35), ibu dua anak asal Desa Banjar, Kecamatan Licin, Banyuwangi. Ia mengaku dijebak oleh seorang pria yang dikenalnya lewat Facebook.
“Katanya mau nikah, anak-anak saya dijanjikan sekolah. Saya dibelikan tiket ke Semarang, tapi HP, dompet, dan motor saya malah dibawa kabur. Ternyata saya ditipu,” kata Dwi sambil menahan tangis.
Dwi dan anak-anaknya, AS (9) dan AN (5), sempat terlantar di Semarang. Beruntung, mereka mendapat penanganan dari Dinsos setempat dan dilanjutkan pemulangan oleh Dinsos Jatim ke kampung halamannya di Banyuwangi.
Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, Dra. Restu Novi Widiani, MM, menyampaikan keprihatinannya. Terlebih peristiwa ini terjadi di momen peringatan Hari Anak Nasional 2025.
“Masalah seperti ini bisa terjadi di sekitar kita, dan yang paling menyedihkan, anak-anak ikut jadi korban. Padahal, Hari Anak Nasional seharusnya jadi momentum untuk melindungi mereka, bukan malah menyaksikan mereka terlantar,” ujar Novi.
Menurut Novi, perempuan sering kali menjadi kelompok rentan dalam kasus penipuan bermodus asmara dan pekerjaan, terutama saat kondisi ekonomi memaksa mereka membuat keputusan sulit.
“Negara harus hadir, dan Dinsos Jatim berkomitmen untuk terus menangani kasus seperti ini. Bukan hanya soal logistik, tapi juga pemulihan psikologis dan keberlanjutan hidup mereka di daerah asal,” tambahnya.
Saat ini, Halimah dan Dwi bersama anak-anak mereka telah difasilitasi perjalanan lanjut ke daerah masing-masing. Halimah dipulangkan ke Sumatera Selatan melalui koordinasi dengan Dinsos Provinsi Jawa Tengah, sementara Dwi Cahyani diterima oleh Dinas Sosial dan Pemberdayaan Perempuan dan KB (DINSOSPPKB) Kabupaten Banyuwangi.
Kisah Halimah dan Dwi adalah cermin dari kenyataan bahwa banyak perempuan dan anak-anak masih rentan dalam situasi sosial dan ekonomi yang berat. Tapi di tengah luka, hadirnya negara melalui Dinsos Jatim menjadi bukti bahwa kepedulian dan perlindungan tetap berjalan.
Di Hari Anak Nasional ini, mari kita jaga anak-anak kita agar tetap bahagia dan aman, dari keluarga terdekat hingga perhatian negara. Karena setiap anak berhak tumbuh dalam cinta, bukan luka. (ivan)