Secara khusus, keberadaan Masyarakat Peduli Api (MPA) menjadi ujung tombak pengendalian karhutla berbasis komunitas. Anggota MPA direkrut dari masyarakat desa penyangga kawasan hutan dan ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Dinas, Camat, atau Kepala Desa.
“Mereka kami libatkan dalam berbagai kegiatan, mulai dari patroli rutin, pemadaman awal, hingga pembuatan sekat bakar. Selain sebagai mitra teknis, MPA juga menjadi penggerak kesadaran masyarakat untuk menjaga hutan,” pungkas Jumadi yang pernah memperoleh penghargaan Best in Innovation Leader Jatim 2023 dalam kategori “Inovasi Sustainability Hasil Hutan”.
Menurut data yang dihimpun dari laporan pengelolaan kawasan hutan di lapangan, luas kebakaran hutan di Jawa Timur pada tahun 2023 tercatat mencapai 12.328,8 hektare. Namun pada tahun 2024, angka tersebut turun drastis menjadi 3.687,24 hektare, atau turun sekitar 70,09 persen.
Penurunan ini terjadi karena pada 2023 wilayah Jawa Timur terdampak fenomena El Nino, yaitu pemanasan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Fenomena ini memicu kekeringan ekstrem yang meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan. Sedangkan pada 2024, El Nino tidak terjadi, sehingga potensi kebakaran pun berkurang signifikan.