Juri MQK juga bertaraf internasional, melibatkan pakar dari negara peserta demi penilaian objektif, transparan, dan sesuai standar pesantren. Tahun ini, MQK juga menjadi momentum percepatan digitalisasi pesantren, dengan seluruh penilaian dilakukan secara paperless.
“Kalau para kiai sudah terbiasa menggunakan teknologi, tentu santri akan lebih cepat mengikuti. MQK ini sekaligus menjadi laboratorium penerapan teknologi di pesantren,” tutup Amien.
MQK Internasional 2025 bukan sekadar ajang adu keilmuan, tetapi langkah strategis Indonesia dalam mempromosikan tradisi intelektual pesantren ke panggung dunia. (ivan)