Melayu Bareng 80 Jatim: Saat Pemerintah dan Warga Berlari Tanpa Jarak di Bawah Lampu Malam Ngawi

pemerintahan | 02 November 2025 18:53

Melayu Bareng 80 Jatim: Saat Pemerintah dan Warga Berlari Tanpa Jarak di Bawah Lampu Malam Ngawi
Dok roAdpim jatim

NGAWI, PustakaJC.co – Malam di Alun-Alun Ngawi, Jumat (31/10), terasa berbeda. Bukan hanya gemerlap lampu kota yang memberi warna, tetapi derap langkah 12 ribu pelari yang menyatu dalam satu ritme: semangat kebersamaan. Di garis start, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Adhy Karyono, berdiri—bukan sekadar melepas peserta, tetapi juga bersiap ikut berlari bersama mereka.

 

Ajang bertajuk “Mlayu Bareng 80 Jawa Timur” itu bukan sekadar fun run lima kilometer. Ia adalah bagian dari peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Provinsi Jawa Timur, dirancang bukan hanya untuk merayakan usia, tetapi juga merayakan energi masyarakatnya.

 

“Saya ingin merasakan langsung semangat luar biasa masyarakat Jawa Timur. Inilah momen di mana pemerintah dan warga benar-benar berlari bersama dalam semangat yang sama,” ujar Adhy sebelum ikut menyusuri rute malam itu.

 

Tak ada jarak, tak ada sekat. Pejabat pemerintah membaur dengan anak muda, komunitas olahraga, keluarga, hingga para lansia yang ikut bergerak dengan langkahnya masing-masing. Sorakan peserta lain ikut mengiringi, seolah memberi energi tambahan bagi ribuan kaki yang terus melaju di bawah langit Ngawi yang cerah.

Lari, Musik, dan Euforia Kolektif

Sampainya di garis finis, suasana semakin pecah. FDJ Bellavie menyambut para pelari dengan dentuman musik. Lampu panggung, sorak penonton, dan wajah-wajah berkeringat namun puas, menciptakan atmosfer layaknya festival olahraga.

 

Tak berhenti di situ, panggung “Mlayu Bareng” semakin hidup dengan kehadiran sejumlah artis seperti Gisella Anastasia, Bams Samson, Syamsir Alam, Augie Fantinus, hingga Malida. Seolah menjadi penegas bahwa perayaan hari jadi provinsi ini bukan hanya untuk lari, tetapi juga untuk merayakan hidup bersama.

 

Lebih dari Sekadar Olahraga

Bagi Adhy, kegiatan ini bukan sekadar lari malam. Ia simbol. Ia pernyataan bahwa Jawa Timur yang berusia delapan dekade ini masih menyimpan energi muda, optimisme, dan daya saing yang tak pernah padam.

 

“‘Mlayu Bareng’ ini bukan sekadar olahraga, tapi wujud semangat kebersamaan dan optimisme Jawa Timur untuk terus bergerak maju,” tegasnya.

 

Ia berharap kegiatan ini menjadi pengingat pentingnya hidup aktif dan sehat, sekaligus sarana mempererat silaturahmi lintas usia, instansi, dan komunitas. Sebab, menurutnya, provinsi yang maju bukan hanya soal angka ekonomi, melainkan juga warganya yang tangguh, sehat, dan bahagia.

 

Menjaga Ritme Bersama Menuju Masa Depan

Delapan puluh tahun bukan usia muda bagi sebuah provinsi. Namun Jawa Timur tampak memilih cara bertenaga untuk merayakan langkahnya: berlari, bukan berjalan. Bukan sendiri, tapi bersama.

 

“Selama kita bergerak bersama, tidak ada jarak antara pemerintah dan masyarakat. Semangat inilah yang membuat Jawa Timur terus melangkah ke depan,” tutup Adhy.

 

Di tengah ribuan napas yang tersengal penuh tawa, “Mlayu Bareng” bukan hanya rekreasi, melainkan cermin budaya Jawa Timur hari ini: cepat, kompak, dan penuh harapan. (pstk01)