Berita ini disuport oleh BPBD Jatim
PASURUAN, PustakaJC.co – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur memperkuat kesiapsiagaan dan respons cepat setelah banjir dan longsor berturut-turut melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Pasuruan pada 13–16 November 2025. Kejadian ini menimbulkan perhatian publik terhadap kesiapan penanganan bencana di Jawa Timur, terutama ketika curah hujan ekstrem terus meningkat pada puncak musim hujan tahun ini. BPBD Jatim memastikan seluruh tim siaga 24 jam dan seluruh data lapangan diintegrasikan untuk mempercepat keputusan darurat.
Hujan intens selama hampir tiga jam pada 14 November menyebabkan luapan air di Kecamatan Gempol dan Winongan. Di Gempol, genangan 5–25 sentimeter tercatat di Dusun Legok, Bonsari, Gempol, dan Tanjung. Sementara di Winongan, ketinggian air mencapai 40 sentimeter di Dusun Jetis, Desa Prodo, serta merata di sejumlah dusun lain seperti Winongan Lor, Tokwiro, Cokropaten, Kebondalem, Serambi, Dyunan, Prodo, Jetis, hingga Margo. Meski banjir terjadi di banyak titik, BPBD Jatim memastikan tidak ada korban jiwa dan seluruh pemantauan dilakukan hingga malam hari.
Petugas BPBD bersama perangkat desa langsung melakukan assessment cepat, membantu warga membersihkan rumah, mengalihkan aliran air menggunakan karung pasir, serta mencatat kerusakan awal untuk keperluan tindak lanjut. Sejumlah warga mengakui intensitas hujan kali ini melebihi hari-hari sebelumnya sehingga memicu genangan lebih cepat.

Bencana susulan terjadi di Kecamatan Pandaan ketika tebing penahan tanah (TPT) di jalur Desa Wedoro–Curah Rejo amblas. Hujan deras membuat struktur tanah tidak stabil sehingga sebagian badan jalan retak dan terbelah. Peristiwa ini memutus akses utama warga dan menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan jalur perbukitan di wilayah tersebut, terutama yang selama ini masuk kategori rawan longsor.
Menindaklanjuti laporan, BPBD Jatim dan BPBD Kabupaten Pasuruan mengirim tim assessment untuk pemeriksaan cepat. Area terdampak ditutup menggunakan terpal besar, rambu peringatan dipasang, dan lalu lintas dialihkan ke jalur lain. Upaya antisipatif dilakukan agar longsor tidak meluas, terutama karena prakiraan cuaca masih menunjukkan hujan dengan intensitas tinggi di kawasan Pandaan.
Dalam waktu kurang dari 12 jam, beberapa laporan tambahan mengenai retakan kecil di titik lain juga masuk ke pusat siaga BPBD. Petugas kemudian diturunkan untuk melakukan pengecekan dan memastikan bahwa kondisi geologi di sekitar lokasi tetap aman bagi warga.
Kepala Pelaksana BPBD Jatim, Gatot Soebroto, menegaskan bahwa tim provinsi telah berada dalam status siaga sejak awal November.
“Setiap laporan dari masyarakat kami respons cepat. Begitu ada informasi banjir atau longsor, tim assessment langsung bergerak. Keselamatan warga menjadi prioritas utama,” ujar Gatot, dalam wawancara tertulis, Minggu (16/11/2025).
Ia menjelaskan bahwa mitigasi bencana tidak hanya dilakukan saat kejadian, tetapi juga melalui pencegahan struktural.

“Kami sudah melakukan pembersihan sungai, perbaikan drainase, sampai pemetaan titik rawan sejak awal tahun. Namun intensitas hujan ekstrem ini menjadi tantangan tersendiri. Karena itu koordinasi lintas instansi terus kami lakukan,” tambahnya.
BPBD Jatim juga memperkuat kesiapsiagaan petugas lapangan dengan menyiapkan alat berat, pompa portabel, tenda darurat, hingga jalur evakuasi alternatif untuk wilayah rawan. Seluruh tim di kabupaten/kota diminta meningkatkan kewaspadaan, terutama daerah dengan riwayat banjir tahunan.
Di luar Pasuruan, wilayah lain seperti Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik juga mencatat genangan akibat kombinasi hujan deras dan pasang air laut. Enam kecamatan di Sidoarjo tergenang 10–28 sentimeter, khususnya kawasan industri Brebek dan jalan utama Surabaya–Sidoarjo. Tim BPBD Jatim mengoordinasikan penanganan dengan pemerintah daerah setempat untuk percepatan penyedotan air dan pembersihan saluran.
Untuk menunjang respons lebih cepat, BPBD Jatim mengoptimalkan sistem SiReMon (Sistem Respon Monitoring) yang memungkinkan laporan warga, data cuaca BMKG, dan kondisi sungai terhubung dalam satu dashboard. Informasi yang masuk dari grup desa siaga bencana, posko keliling, dan laporan cepat WhatsApp langsung dianalisis untuk menentukan kebutuhan lapangan.

Sistem komunikasi darurat diperluas agar laporan masyarakat—mulai dari genangan kecil hingga indikasi tanah labil—dapat ditangani tanpa menunggu lama. Dengan integrasi ini, keputusan penugasan tim lapangan dapat dilakukan dalam waktu singkat.
Meski respons dinilai cepat, sebagian warga Pasuruan berharap agar mitigasi struktural diperkuat, terutama pada jalur yang menunjukkan retakan sejak sebelum longsor terjadi. BPBD Jatim menegaskan bahwa evaluasi pascabencana akan dipakai sebagai dasar program perbaikan jangka menengah. “TPT yang rusak, saluran yang tidak berfungsi maksimal, hingga penguatan tebing akan kami rekomendasikan melalui OPD terkait. Kami sudah menyiapkan peta risiko terbaru sebagai acuan,” jelas Gatot.
Ia mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada pada potensi susulan mengingat prakiraan cuaca menunjukkan tren hujan tinggi hingga akhir November. Warga diminta menjaga kebersihan lingkungan, membersihkan saluran air, serta segera melaporkan bila menemukan retakan baru atau tanda-tanda tanah bergerak.

BPBD Jatim memastikan posko siaga tetap beroperasi, alat berat disiagakan, dan koordinasi lintas wilayah diperkuat untuk menghadapi kemungkinan kejadian lanjutan. Penanganan banjir dan longsor di Pasuruan menjadi contoh penting bagi penguatan sistem kebencanaan di seluruh Jawa Timur, terutama ketika pola cuaca makin tidak terprediksi.
Pada akhirnya, rangkaian bencana 13–16 November ini menjadi pengingat bahwa kesiapsiagaan harus dilakukan secara berkelanjutan. BPBD Jatim menegaskan komitmennya untuk mempercepat respons lapangan sekaligus memperkuat mitigasi agar dampak bencana dapat ditekan pada masa mendatang. (int)