Meski respons dinilai cepat, sebagian warga Pasuruan berharap agar mitigasi struktural diperkuat, terutama pada jalur yang menunjukkan retakan sejak sebelum longsor terjadi. BPBD Jatim menegaskan bahwa evaluasi pascabencana akan dipakai sebagai dasar program perbaikan jangka menengah. “TPT yang rusak, saluran yang tidak berfungsi maksimal, hingga penguatan tebing akan kami rekomendasikan melalui OPD terkait. Kami sudah menyiapkan peta risiko terbaru sebagai acuan,” jelas Gatot.
Ia mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada pada potensi susulan mengingat prakiraan cuaca menunjukkan tren hujan tinggi hingga akhir November. Warga diminta menjaga kebersihan lingkungan, membersihkan saluran air, serta segera melaporkan bila menemukan retakan baru atau tanda-tanda tanah bergerak.

BPBD Jatim memastikan posko siaga tetap beroperasi, alat berat disiagakan, dan koordinasi lintas wilayah diperkuat untuk menghadapi kemungkinan kejadian lanjutan. Penanganan banjir dan longsor di Pasuruan menjadi contoh penting bagi penguatan sistem kebencanaan di seluruh Jawa Timur, terutama ketika pola cuaca makin tidak terprediksi.
Pada akhirnya, rangkaian bencana 13–16 November ini menjadi pengingat bahwa kesiapsiagaan harus dilakukan secara berkelanjutan. BPBD Jatim menegaskan komitmennya untuk mempercepat respons lapangan sekaligus memperkuat mitigasi agar dampak bencana dapat ditekan pada masa mendatang. (int)