Pandangan ini membawa kita pada satu renungan: pendidikan bukan sekadar proses mengajar, tetapi menanamkan nilai. Jika hanya mengejar prestasi akademik dan kelulusan formal, maka pendidikan kehilangan ruhnya. Yang dibutuhkan kini bukan sekadar kurikulum kompetensi, tetapi juga kurikulum yang menumbuhkan cinta, empati, dan tanggung jawab sosial.
Memperingati Hari Pendidikan Nasional harusnya tidak sekadar mengenang tokoh, tetapi juga merefleksikan arah pendidikan hari ini. Apakah kita masih setia pada nilai-nilai luhur yang diwariskan Ki Hadjar Dewantara, atau justru melupakannya dalam praktik sehari-hari? Sudah waktunya pendidikan kembali ke akar: membentuk manusia utuh, bukan sekadar lulusan ijazah. (ivan)