SURABAYA, PustakaJC.co Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) resmi meluncurkan program SMA Unggulan Garuda, sebuah inisiatif transformasi pendidikan yang akan dimulai pada tahun 2025. Program ini bertujuan memberikan akses pendidikan berkualitas bagi siswa-siswa berprestasi dari berbagai latar belakang, khususnya di daerah terpencil dan pelosok Indonesia.
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Satryo Soemantri Brodjonegoro menyatakan bahwa pembangunan tahap awal akan dimulai di empat wilayah, yakni Nusa Tenggara Timur, Bangka Belitung, Sulawesi Utara, dan Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Kami menargetkan pembangunan 40 sekolah hingga tahun 2029, terdiri dari 20 sekolah baru dan 20 sekolah yang ditingkatkan kualitasnya,” ujarnya.
SMA Unggulan Garuda akan menerapkan kurikulum International Baccalaureate (IB) yang dikombinasikan dengan muatan lokal. Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Stella Christie, menjelaskan bahwa pendekatan ini dirancang untuk membentuk siswa yang unggul secara global sekaligus memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
“Kurikulum akan diintegrasikan dengan isu dan kebutuhan lokal agar siswa tidak terlepas dari realitas masyarakatnya,” kata Stella.
Yang menarik, seluruh sekolah akan dirancang sebagai sekolah berasrama dan dibangun di desa-desa. Hal ini untuk memastikan bahwa siswa hidup berdampingan dengan masyarakat dan memahami kondisi nyata di sekitarnya.
“Kami ingin calon pemimpin masa depan tinggal dan belajar langsung dari masyarakat desa. Mereka harus menyatu dan memahami problem nyata,” ungkap Stella.
Lebih dari sekadar pendidikan, program ini juga diharapkan menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi lokal. Ekosistem pendidikan yang dibangun akan diarahkan agar bersinggungan dengan kebutuhan masyarakat dan berkontribusi dalam bidang sains dan teknologi berbasis lokal.
Melalui pendekatan ini, pemerintah ingin memastikan bahwa SMA Unggulan Garuda bukan hanya menjadi sekolah elit, tetapi juga agen perubahan sosial yang inklusif. “Kami ingin sekolah ini mencetak pemimpin masa depan yang punya wawasan global tapi tetap berpijak pada akar lokal,” pungkas Stella. (nov)