Diskusi yang dihadiri Dr. Eko Pamuji dan Tatak Setiadi, M.A. (Unesa), Alda Raharja, S.Kom., M.MT. dan Tri Handayani, S.Kom., M.S.M. (Unitomo), serta peneliti BRIN, menjadi bukti kuat bahwa masa depan pendidikan harus dibangun atas kolaborasi dan empati.
Program ini merupakan bagian dari Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) dengan skema pendanaan kompetitif BRIN untuk riset aplikatif nasional. Proyek Unitomo akan berjalan tiga tahun (2025–2027), mengintegrasikan kebijakan, akademik, dan teknologi kecerdasan buatan dalam ekosistem pembelajaran baru.
Menjelang sore, gerimis tipis kembali turun di Bandung. Para peneliti berkemas dengan semangat baru. Mereka sadar, proyek ini bukan sekadar soal algoritma, tapi tentang masa depan mahasiswa dan makna kemanusiaan dalam pendidikan tinggi.
Di tengah dunia yang serba cepat, AI bisa memproses data dan memberi prediksi. Tapi hanya manusia yang bisa menafsirkan makna. Di situlah masa depan pendidikan akan dibangun — ketika AI dan hati nurani berjalan berdampingan. (ivan)
 
                                 
                                 
                                 
                                 
                                