SURABAYA, PustakaJC.co — Pernah merasa malu karena si kecil tiba-tiba menangis keras di mal atau supermarket? Tenang, Ayah Bunda tidak sendirian. Fenomena anak tantrum di tempat umum adalah hal yang sangat wajar terjadi, terutama pada usia prasekolah. Kuncinya bukan panik, tapi memahami bahwa tantrum adalah bagian alami dari tumbuh kembang anak.
Menurut laman resmi S3 PAUD Universitas Negeri Surabaya (UNESA), tantrum atau temper tantrum merupakan luapan emosi kuat yang belum bisa dikendalikan anak, biasanya terjadi pada usia 1–4 tahun.
Penyebabnya bisa karena rasa frustrasi, lapar, lelah, atau keinginan yang tidak terpenuhi. Anak pun bisa menangis keras, menjerit, berguling di lantai, hingga melempar barang. Tapi penting diingat: tantrum bukan tanda anak nakal, melainkan bagian dari proses belajar mengelola emosi.
Tantrum paling sering terjadi di usia 18 bulan hingga 3 tahun. Jadi cara anak mengambil kendali saat belum bisa mengekspresikan diri.
Berbeda dari rewel biasa, tantrum punya intensitas emosi yang jauh lebih besar. Berikut panduan dari Program Doktor PAUD UNESA untuk menenangkan anak tanpa drama:
1. Tetap Tenang dan Kendalikan Diri
Hindari membentak atau bereaksi keras. Ketenangan orang tua justru jadi contoh bagi anak.
2. Akui Perasaan Anak
Validasi emosi mereka, misalnya: “Ibu tahu kamu kesal karena mainannya tidak bisa dibeli.”
3. Ajak ke Tempat Lebih Sepi
Pindahkan anak dari keramaian agar bisa lebih fokus menenangkan diri.
4. Berikan Pelukan Hangat
Pelukan dapat menurunkan emosi dan membuat anak merasa aman.
5. Tawarkan Pilihan Terbatas
Misalnya: “Kamu mau duduk dulu atau lanjut jalan setelah tenang?”
6. Tegas dan Konsisten dengan Aturan
Jangan menyerah pada tantrum. Menuruti keinginan saat tantrum justru memperkuat perilaku itu.
7. Cegah Sebelum Terjadi
Pastikan anak cukup makan, istirahat, dan diberi tahu rencana sebelum bepergian.
Tantrum bukan kegagalan pola asuh, melainkan kesempatan bagi anak untuk belajar mengatur emosinya. Orang tua yang tenang dan sabar justru membantu anak tumbuh lebih tangguh secara emosional.
Ingat, badai kecil itu akan berlalu — yang tersisa adalah anak yang belajar memahami dirinya, dan orang tua yang semakin bijak. (int)