Dilansir dari IDN Times Sulsel bahwa saat pihak sekutu mengambil alih administrasi pemerintahan wilayah pendudukan Jepang, Emmy masih bekerja sebagai perawat. Ia turut mendengar kabar proklamasi kemerdekaan dan pengangkatan Sam Ratulangi sebagai Gubernur Sulawesi.
Di sela-sela jadwal padat mengurus pasien, ia pula yang bereaksi sangat keras saat tahu Belanda hendak merusak kemerdekaan Indonesia. Emmy sepakat dengan para pemuda di Makassar saat itu bahwa republik yang baru berdiri tak ingin terjerumus ke dalam kolonialisme sekali lagi.
Saat Sam Ratulangi ditangkap oleh Belanda pada 5 April 1946, Emmy bersama rekan-rekan perawat mengorganisir aksi mogok mengecam tindakan tersebut. Kegiatan "revolusioner" Emmy tak berhenti sampai di situ. Ia kerap menyelundupkan obat-obatan dan peralatan medis ke daerah basis pejuang.
Atas segala aktivitas oposannya, reputasi Emmy di kalangan intelijen dan tentara Belanda tak lagi hanya sekadar perawat biasa. Ia dijuluki sebagai onruststoker atau si pembuat onar. Namanya masuk dalam daftar buronan paling dicari oleh tentara Belanda.