Rima Melati

Seniman Serba Bisa

tokoh | 02 Juli 2022 16:00

Seniman Serba Bisa
dok inews

Rima Melati memiliki nama asli Marjolien Tambajong dan nama panggilan awalnya adalah Lientje. Ia lahir pada 22 Agustus 1939 di Tondano, Sulawesi Utara. Ia adalah anak dari pasangan Marinus Van Rest dan Non Kawilarang. Sang ibu diketahui merupakan perancang dan perintis dunia mode di Indonesia. Pada tahun 1973, Rima menikah dengan aktor Frans Tumbuan dan memiliki tujuh orang anak. Namun, sang suami telah meninggal dunia pada tahun 2015 silam.

Oleh: Intan Permata

Rima merupakan aktris, model, dan penyanyi yang memiliki darah Belanda dan Minahasa. Nama Rima Melati, yang merupakan nama panggungnya tersebut diberikan oleh Ir. Soekarno karena nama asli Rima dianggap terlalu kebarat-baratan.

Tak berlebihan jika Rima disebut seniman serba bisa, sebab sepanjang kariernya ia memiliki banyak keterampilan. Ia mendalami peragawati, bermusik, hingga berkarier cukup panjang di dunia perfilman. Bahkan, nama Rima disebut-sebut sebagai salah seorang pelopor yang mengenalkan tren fesyen baru yang kebarat-baratan dan mendobrak stigma untuk bisa merasakan kebebasan berekspresi lewat fesyen.

Ia juga memiliki grup bernama The Prof bersama Sumi Hakim dan Gaby Mambo. The Prof adalah grup peragawati yang tenar pada masanya karena selalu menampilkan pameran fesyen kreasi baru yang berbeda dari kebiasaan berpakaian orang-orang saat itu.

"Kita bersama-sama mengumpulkan peragawati itu, ada 40 peragawati dengan penampilan perdana itu di Malibu, membuat keliling ke Hawaii, ke Eropa, dialah yang memulai fashion show pertama di Indonesia membuat kita bisa jadi peragawati ke Hawaii, Eropa, mempromosikan Indonesia," kata Sumi Hakim.

Tak hanya di dunia mode, Rima juga memiliki andil di industri tarik suara. Saat namanya masih akrab disapa Lintje Tambayong, ia bergabung dalam grup musik Baby Doll dan menjadi grup musik perempuan tersohor di Indonesia.

Rima memulai perjalanannya sebagai aktris dalam film "Djuara Sepatu Roda" tahun 1958. Tiga tahun setelahnya, ia debut sebagai pemeran utama dalam judul "Kasih Tak Sampai". Sejak saat itu, ia berakting dalam banyak film seperti "Djantung Hati", "Intan Berduri", "Violetta", "Kartika Aju", "Kunanti Jawabmu", "Laki-Laki Tak Bernama", "Seorang Laki-Laki", dan film kolaborasi Indonesia–Belanda Max Havelaar (1975). Sepanjang kariernya, ia telah membintangi lebih dari 70 judul film.

Atas kemampuan aktingnya, Rima pun banyak mendapat penghargaan bergengsi, di antaranya Piala Citra Festival Film Indonesia untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam film "Intan Berduri".

Ia juga pernah dinominasikan untuk penghargaan Pemeran Pembantu Wanita terbaik di beberapa Festival Film Indonesia yaitu dalam film "Kupu-Kupu Putih", "Tinggal Landas buat Kekasih", "Pondok Cinta", "Biarkan Bulan Itu", dan "Arini II (Biarkan Kereta Itu Lewat)".

Pada Festival Film Asia Pasifik ke-50, Rima menerima penghargaan Best Supporting Actress dalam film "Ungu Violet". Kemudian pada tahun 2014, ia menerima penghargaan Lifetime Achievement Award dari Festival Film Bandung.

Selain film, ia juga pernah berakting dalam sinetron, seperti "Wulan", "Kabut Sutera Ungu", "Nyonya Nyonya Sosialita/Laba-Laba Cinta", dan "Candy". Ia juga pernah menjadi sutradara televisi dengan salah satu karyanya adalah "Api Cinta Antonio Blanco".