SURABAYA, PustakaJC.co - Film "Oppenheimer," yang disutradarai oleh Christopher Nolan dan berdurasi tiga jam, menjadi pesaing utama Barbie di berbagai bioskop di seluruh dunia. Film ini menyoroti kehidupan J. Robert Oppenheimer, bapak bom atom, bukan hanya karena pribadinya, tetapi juga karena kegemarannya pada hidangan Indonesia, nasi goreng.
Berdasarkan laman ahf.nuclearmuseum.org, Julius Robert Oppenheimer pernah memasak nasi goreng untuk teman-temannya, termasuk ahli klasik Amerika, Harold Cherniss. Dalam sebuah wawancara dengan Martin J. Sherwin pada 23 Mei 1979, Cherniss berbagi kenangan tentang momen pertama mereka menikmati nasi goreng yang juga dikenal dengan sebutan "nasty gory" oleh beberapa teman mereka. "Saya ingat beberapa bahan yang digunakan, seperti mentega dalam jumlah besar, paprika merah dalam jumlah besar, jenis daging yang tidak saya kenal, mungkin daging sapi muda, dan banyak bahan lainnya," kata Cherniss.
Cherniss menjelaskan bahwa Oppenheimer sengaja membawa bahan-bahan ini ke rumahnya, tempat dia memasak. Setelah semua bahan dimasak, Robert memasak nasi goreng tersebut. Cherniss mengatakan bahwa Oppenheimer melelehkan satu pon mentega di wajan besar, lalu menambahkan daun salam, paprika merah, dan bahan-bahan lainnya. Proses memasak nasi goreng ini berlangsung sekitar 1 hingga 1,5 jam di dapur Oppenheimer. Sementara itu, teman-temannya menyiapkan meja makan di ruang makan.
Cherniss menyatakan bahwa mereka berdiri di sekitar dapur, melihat Oppenheimer memasak makanan tersebut. Proses memasak diakhiri dengan menggoreng telur sebelum hidangan tersebut dihidangkan. Cherniss mengaku menikmati nasi goreng buatan Oppenheimer pada malam itu karena rasanya enak.
Menurut buku biografi "American Prometheus - The Triumph & Tragedy of J. Robert Oppenheimer," Oppenheimer pertama kali mengenal nasi goreng dari istri salah satu teman fisikawan, George Uhlenbeck, yaitu Else Uhlenbeck. Makanan dengan rasa pedas ini menarik minat Oppenheimer.
Cherniss menggambarkan Oppenheimer sebagai seseorang yang sangat sopan dan sering datang ke rumahnya untuk makan malam. Mereka berteman akrab karena keduanya memiliki minat yang sama dalam sastra. Pertemuan pertama mereka terjadi di Berkeley pada tahun 1929, dan mereka terus terhubung setelah perang di Berkeley dan Institute for Advanced Study.
Selain kuliner dan sastra, Oppenheimer juga dikenal di kalangan ilmuwan dan sejarawan perang dunia karena menjadi Direktur Laboratorium Los Alamos yang berhasil menciptakan bom atom yang digunakan di Hiroshima dan Nagasaki. Hubungan antara Oppenheimer dan Presiden AS Harry S Truman tidak selalu harmonis. Truman pernah memanggil Oppenheimer dengan sebutan "cr baby" atau cengeng, dan keduanya memiliki pandangan berbeda tentang senjata nuklir.
Sejarah menunjukkan bahwa prediksi Oppenheimer tentang penyebaran senjata nuklir oleh negara lain, seperti Soviet dan Korea Utara, ternyata benar. Dia menekankan pentingnya kerja sama internasional untuk mengatur senjata nuklir yang ada. (int)