Menurutnya, pendekatan antropologi Islam memberikan cara pandang yang lebih dekat dengan realitas umat. Islam bukanlah entitas tunggal yang beku, melainkan terus berkembang seiring konteks sosial, politik, dan budaya masyarakat di mana ia dipraktikkan.
“Dalam 30 sampai 40 tahun terakhir, antropolog mulai mempelajari Islam, bukan lagi hanya suku terpencil atau agama lain. Dan mereka melihat Islam bukan sebagai kumpulan norma, tapi sebagai sesuatu yang dijalani dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
Dalam paparannya, Fajrie mengulas dua tokoh penting dalam kajian antropologi Islam, yaitu Clifford Geertz dan Ernest Gellner.