“Saya pernah sampai puncak Gunung Lawu bersama teman-teman. Saya asli Kecamatan Kanor Bojonegoro. Malah teman saya yang dari luar pulau waktu itu kuliahnya di Malang, sampai di atas itu sempat pingsan dan nyaris kesurupan saat turun lewat Cemoro Sewu,” tutur Diyah.
Perempuan yang memiliki nama lengkap Rodhiyatul Islamiyah ini memerlukan waktu 3 hari 2 malam untuk mencapai puncak Gunung Lawu hingga turun. Diyah berpendapat, selama naik gunung hal yang terpenting adalah tidak merusak alam.
Begitupun saat naik gunung bersama teman-temannya, dirinya kerap berpesan agar jangan sekali-kali merusak alam. Sementara itu terkait mitos, baginya hanya sekadar mitos, intinya dirinya tidak melakukan hal-hal yang aneh ketika naik gunung.
“Jangan merusak apalagi mengganggu penjaga gunung yang tak terlihat. Gunung sekarang juga kebanyakan malah dibuat wisata, jadi banyak peminat ingin mendaki,” tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Khusnul Fiton, pemuda asal Kecamatan Balen, Bojonegoro ini mengaku sudah dua kali mendaki gunung yang terletak di antara tiga kabupaten tersebut.
Dalam perjalanannya ke puncak Gunung Lawu tersebut. Khusnul mengaku tidak pernah mengalami kendala apapun. Bahkan saat pendakian yang kedua, dirinya hanya berdua bersama teman yang berasal dari Bojonegoro pun tidak menemui kendala.