Seminar menghadirkan dua narasumber, yakni Drs. Ismail Lutfi, M.A. dari Universitas Negeri Malang dan Teguh Fatchur Rozi, S.Hum., M.Pd.I., praktisi Epigrafi dari PAEI Komda Jawa Timur. Dilansir dari jatimpos.co, Rabu, (20/8/2025).
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim, Evy Afianasari, dalam amanat yang dibacakan Kabid Kebudayaan Dwi Supanto, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar forum akademis, melainkan juga bentuk tanggung jawab ilmiah.
“Kegiatan ini untuk mempublikasikan dan mendiskusikan secara ilmiah hasil kajian yang telah dilakukan tim peneliti terhadap Prasasti Pasrujambe,” ujar Dwi Supanto.
Prasasti Pasrujambe yang berangka tahun 1459 M ditemukan di Dusun Munggir, Desa/Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang. Koleksi bersejarah ini disimpan di Museum Negeri Mpu Tantular sejak tahun 1994–1995. Isinya mengungkap kehidupan para Brahmana di lereng Gunung Semeru pada masa lalu.
Menurut para ahli, prasasti ini bukan sekadar benda mati, melainkan “jendela” untuk memahami aspek sosial, politik, ekonomi, hingga keagamaan masyarakat abad ke-15.
“Melalui tulisan dan simbol yang terukir di dalamnya, kita dapat memahami peradaban masa lalu. Penafsirannya butuh ketelitian, kesabaran, dan kolaborasi multidisiplin,” terang Teguh Fatchur Rozi.
Apresiasi pun disampaikan kepada tim peneliti yang telah mencurahkan waktu dan ilmu mereka.
“Saya ingin menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh tim peneliti yang telah bekerja keras. Seminar ini adalah bentuk pertanggungjawaban hasil kajian yang bisa diakses masyarakat,” tegas Kadisbudpar Jatim.
Dengan 19 prasasti yang kini tersimpan di Museum Mpu Tantular, kegiatan ini memperkaya khazanah sejarah Jawa Timur sekaligus mempertegas peran museum sebagai pusat edukasi dan pelestarian warisan budaya.
Seminar ini diharapkan mampu membuka cakrawala baru tentang pentingnya melestarikan prasasti sebagai bukti peradaban Nusantara. (ivan)