Keesokan harinya, kayu diberikan kepada tetangga di rumah sebelah, yang berarti pemilik rumah tersebut mendapat giliran untuk memberikan jajanan pasar seikhlasnya untuk malam tarawih selanjutnya. Cara tersebut terus berlanjut hingga malam takbir dan momen Idulfitri tiba.
Sekali lagi karena tradisi ini bersifat seikhlasnya, jenis dan banyaknya makanan yang bisa diberikan pun tidak ditentukan dan tidak mengikat. Umumnya, warga memberikan jajanan berupa kerupuk, bakwan, tahu isi, roti, kue apem, dan lain-lain.
Jajanan tersebut akan dibagikan kepada jamaah seusai sholat tarawih, tak jarang suasana masjid atau musala menjadi ramai saat jajanan dibagikan, terutama oleh anak-anak yang berebut ingin mendapatkan makanan tersebut.
Karena itu, tradisi urak wadalan juga dipandang sebagai sarana untuk menyatukan kebersamaan di bulan Ramadan. (int)