MERAUKE, PustakaJC.co - Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyampaikan pesan mendalam tentang persaudaraan dan kesetaraan dalam acara Halal Bihalal dan Pelantikan PWNU Papua Selatan di Semangga Jaya, Merauke. Dalam pidatonya, ia menegaskan bahwa tidak ada satu pun manusia lebih mulia hanya karena keturunan atau warna kulit.
Di hadapan warga Papua Selatan, Gus Yahya menegaskan bahwa seluruh manusia memiliki martabat yang sama, tanpa membedakan asal daerah, suku, atau ras. Kesetaraan itu, menurutnya, adalah ajaran inti Islam dan dasar persaudaraan sejati. Dilansir dari nu.or.id, Selasa, (6/5/2025).
“Yang keturunan Papua Selatan, keturunan Merauke, setara martabatnya dengan keturunan Timika. Yang keturunan Timika setara dengan keturunan Makassar. Yang keturunan Makassar setara martabatnya dengan keturunan Jawa. Yang keturunan Jawa setara martabatnya dengan keturunan Tarim. Setara Tidak ada perbedaan di antara kita,” tegasnya.
Menurut Gus Yahya, prinsip kesetaraan ini bukan hanya nilai sosial, tapi juga bersumber dari ajaran Nabi Muhammad SAW yang menghapus keistimewaan berdasarkan garis keturunan.
“Tidak ada keunggulan Arab atas non-Arab, atau kulit hitam atas kulit putih. Kita semua setara sebagai anak Adam,” ungkap Gus Yahya.
Ia menambahkan bahwa masyarakat Indonesia, meskipun sangat beragam, bisa hidup bersatu karena memiliki kesadaran bersama sebagai bangsa yang satu.
Saudara-saudara kita yang berkulit hitam, sawo matang, atau kuning, semua bisa bersatu karena kita sadar, kita satu bapak, satu tanah air, dan satu Tuhan.
Gus Yahya mengajak NU untuk terus menjadi teladan dalam merawat keragaman bangsa. Ia menyebut NU dan Indonesia memiliki tanggung jawab bersama untuk menunjukkan bahwa peradaban besar bisa tumbuh dari semangat kesetaraan dan persaudaraan.
“NU harus terus menjadi teladan, membuktikan bahwa peradaban mulia bisa dibangun di atas keragaman,” tutup Ketua Umum PBNU KH. (ivan)