MUZDALIFAH, PustakaJC.co - Usai wukuf di Arafah, ratusan ribu jemaah haji Indonesia memadati Padang Muzdalifah. Malam itu, doa dan zikir menggema di tempat suci yang disebut Masy’aril Haram, menjadi saksi khidmatnya ibadah para tamu Allah.
Sebanyak ratusan ribu jemaah haji asal Indonesia mulai tiba di Muzdalifah sejak pukul 19.30 Waktu Arab Saudi (WAS), setelah sebelumnya menyelesaikan puncak haji, wukuf di Arafah. Proses pendorongan jemaah dari Arafah dimulai sejak pukul 19.00 WAS. Dilansir dari kemenag.go.id, Jumat, (6/6/2025).
Setibanya di Muzdalifah, jemaah diarahkan ke markas-markas berdasarkan syarikah atau kelompok pelayanan masing-masing. Di sana, mereka langsung melaksanakan salat magrib dan isya yang dijamak, lalu bersiap melaksanakan mabit (bermalam) hingga tengah malam.
“Alhamdulillah bisa mendampingi ibu dengan senang selama Armuzna,” ujar Adinda, jemaah kloter 11 Embarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG 11), yang tiba di Muzdalifah sekitar pukul 20.30 WAS. Di usianya yang masih 24 tahun, Dinda terlihat penuh semangat mendampingi ibundanya, Siti Aminah.
Muzdalifah menjadi tempat penting bagi jemaah haji karena selain bermalam, mereka juga mengumpulkan kerikil yang akan digunakan untuk melempar jumrah di Mina. Selama berada di sini, jemaah juga diminta untuk memperbanyak doa dan zikir, seraya menjaga larangan ihram. Mereka baru terbebas dari sebagian larangan tersebut setelah melempar jumrah aqabah dan melakukan tahallul awal.
Sementara itu, sekitar 60.000 jemaah Indonesia yang masuk dalam kategori lansia, disabilitas, dan risiko tinggi menjalani murur, yaitu melintas tanpa turun dari bus. Mereka berhenti sejenak di Muzdalifah untuk menunaikan rukun wajib ini, lalu langsung diarahkan menuju Mina untuk melanjutkan ibadah.
Petugas memastikan jalur murur dan jalur reguler tidak saling bertabrakan. Langkah ini menjadi bagian dari skenario Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina) yang telah dirancang matang oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi.
Di tengah padang Muzdalifah yang luas dan suci, malam itu menjadi saksi ketulusan, pengorbanan, dan kekhusyukan jutaan hati yang merindukan ampunan dan keberkahan. Dalam sunyi malam dan dinginnya udara gurun, doa-doa jemaah Indonesia mengangkasa, membawa harapan dan cinta kepada Sang Khalik. (ivan)