SURABAYA, PustakaJC.co - Setiap Idul Adha, umat Islam menyembelih hewan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, meneladani Nabi Ibrahim yang bersedia mengorbankan putranya, Ismail. Namun, jauh sebelum Islam menyempurnakan makna kurban, praktik serupa telah dilakukan oleh bangsa Arab Jahiliah. Bedanya, mereka menyembelih bukan untuk Allah, melainkan untuk berhala.
Menurut sejarawan Jawwad ‘Ali, masyarakat Arab pra-Islam memiliki 360 berhala di sekitar Ka’bah, dan setiap tahun mereka mempersembahkan 360 hewan sembelihan—satu untuk tiap berhala. Darah hewan itu dioleskan ke batu-batu sesembahan, dan dagingnya dipotong kecil lalu diletakkan di sekitarnya. Ini bukan ibadah, melainkan pengabdian pada simbol-simbol material. Dilansir dari kemenag.go.id, Sabtu, (7/6/2025).
Yang menarik, para penyembah berhala ini tetap mengklaim bahwa ritual mereka adalah warisan Nabi Ibrahim. Mereka melihat Ibrahim bukan sekadar nabi, tetapi sebagai leluhur agung bangsa Arab. Sayangnya, nilai ketauhidan yang diajarkan Ibrahim telah bergeser menjadi politeisme yang ekstrem.