“Salah satu metode humor adalah pintar berbahasa. Darinya, seorang yang humornya tinggi bisa dikatakan sebagai orang yang cerdas,” jawabnya ketika ditanya apakah humor bisa menjadi indikator kecerdasan.
Menutup workshop, Hamzah menitipkan pesan agar para santri mensyukuri segala fasilitas yang ada di pesantren, dari kitab hingga majalah dinding, sebagai awal yang cukup untuk mulai menulis. Ia juga mendorong santri untuk mengembangkan imajinasi dan terus berikhtiar agar tulisan-tulisan mereka kelak mampu menembus ruang publik dan memberi manfaat luas.
“Semoga semangat dakwah santri melalui tulisan tidak padam. Gunakan media sosial, platform NU, dan dunia digital lainnya sebagai jalan menyebarkan ilmu dan nilai-nilai pesantren,” tutup Hamzah. (ivan)