Pesan Kiai Miftach tentang Rasa Susah dan Nikmatnya Ujian

bumi pesantren | 20 Juli 2025 05:19

Pesan Kiai Miftach tentang Rasa Susah dan Nikmatnya Ujian
Tangkapan layar ceramah KH Miftachul Akhyar saat Ngaji Kitab Syarh Al-Hikam. (dok nuonline)

SURABAYA, PustakaJC.co - Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar memberikan pesan menyejukkan tentang makna susah dan senang dalam hidup. Menurutnya, keduanya adalah bagian dari maqam spiritual manusia yang dirancang Allah untuk mendidik dan menguatkan jiwa.

“Al-qabdhu (susah) dan al-basthu (senang) itu memang maqam kita. Allah membuat senang dan susah itu talwin namanya, Allah memberikan variasi-variasi,” ujar Kiai Miftach dalam pengajian Kitab Syarh Al-Hikam ke-130 yang disiarkan melalui YouTube Multimedia KH Miftachul Akhyar, dilansir dari nu.or.id, Minggu, (20/7/2025).

Dalam ceramahnya dari Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, ia menjelaskan bahwa rasa jenuh dalam hidup manusia adalah hal alami. Justru lewat pergiliran antara nikmat dan cobaan, Allah membentuk pribadi yang tahan banting dan tangguh.

“Kalau Panjenengan kok senang terus, tidak ketemu susah, Sampean harus mengadu kepada Allah. Begitu juga sebaliknya,” katanya tegas.

Menurut Kiai Miftach, rasa susah bukan kutukan, melainkan jalan pembelajaran menuju kedewasaan iman. Bahkan, katanya, para nabi, wali, dan ulama pun tak luput dari siklus itu.

“Jangan curiga. Semua itu untuk menjadikan kita orang yang tahan bantingan, kebal, handal menghadapi situasi, ujian, dan cobaan apa pun dan kapan pun,” tambahnya.

Ia menegaskan bahwa mereka yang bisa memahami siklus ini akan naik kelas secara spiritual. Dalam tasawuf, mereka yang lulus dari ujian hidup dengan sabar dan ridha akan mencapai maqam fana’ dan baqa’—yaitu tenggelam dalam kesadaran hanya kepada Allah.

“Setelah dia teruji dan sukses, berhasil, lolos, maka dinaikkan oleh Allah menjadi fana dan baqa,” tutup Rais ‘Aam PBNU dengan nada lembut namun dalam. (ivan)