Gus Yahya pun mengaitkan menurunnya nilai ruhaniyah ini dengan munculnya berbagai persoalan sosial di pesantren, seperti kekerasan seksual dan bullying. Ia menyebut, defisit nilai-nilai ruhani bisa berdampak lebih luas pada masyarakat jika dibiarkan.
“Kita perlu merenung, apakah bentuk pondoknya, model pergaulan santrinya, atau cara ngajinya yang perlu dikaji ulang. Tapi saya menduga, akar persoalannya ada pada melemahnya tarbiyah ruhaniyah,” tegas Ketua Umum PBNU itu.
Dalam penutupnya, Gus Yahya mengajak seluruh elemen pesantren untuk kembali menggali dan merawat nilai-nilai ruhaniyah sebagai warisan luhur. Ia menyebut tarbiyah ruhaniyah bukan sekadar tradisi, melainkan ruh yang menghidupkan seluruh sistem pendidikan Islam.
“Kita ingin mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga kuat secara ruhani. Ini yang akan menjadi bekal mereka menghadapi tantangan zaman,” ujarnya.
Dengan pesan ini, Gus Yahya berharap pesantren tetap menjadi pusat pendidikan yang membentuk karakter, membimbing hati, dan menguatkan spiritualitas generasi bangsa. (ivan)