PBNU Minta Negara Turun Tangan Soal Bentrok Ormas di Pemalang

bumi pesantren | 25 Juli 2025 04:47

PBNU Minta Negara Turun Tangan Soal Bentrok Ormas di Pemalang
Wakil Rais ‘Aam PBNU KH Afifuddin Muhajir. (dok nuonline)

JAKARTA, PustakaJC.co  – Wakil Rais ‘Aam PBNU KH Afifuddin Muhajir angkat bicara soal bentrok antarormas yang terjadi di Petarukan, Pemalang, Jawa Tengah, pada Rabu, (23/7/2025) malam. Bentrokan antara Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS) dan Front Persatuan Islam (FPI) dinilai sebagai bentuk kegagalan dalam memahami esensi ajaran Islam yang damai dan berkeadaban.

“Yang punya kewajiban jadi penengah itu negara. Tanggung jawab paling besar tetap di tangan pemerintah. Harus turun tangan,” tegas Kiai Afif kepada NU Online, dikutip dari nu.or.id, Jumat, (25/7/2025).

Kiai Afif mengutip Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 9 yang secara jelas menyerukan upaya perdamaian jika terjadi pertikaian di antara dua kelompok kaum Muslim. Ia mengingatkan bahwa konflik seperti ini sejatinya bertentangan dengan akhlak Nabi Muhammad SAW.

“Ini keterlaluan. Menganggap kelompoknya suci, sementara yang lain najis, akhirnya bentrok. Padahal Nabi tidak mengajarkan seperti itu,” katanya.

Menurut pakar Ushul Fikih itu, perilaku berlebihan dalam mencintai kelompok sendiri—yang ia sebut ashabiyyah thabi’iyyah—sering kali menjadi sumber konflik horizontal. Ia menyayangkan bahwa dua kelompok yang mengaku membela Islam justru bertindak memalukan dan mencederai citra Islam itu sendiri.

 

“Cara paling sederhana berkontribusi pada agama adalah tidak merusak agama. Kalau sudah merusak, itu bukan cinta tapi kebodohan,” tegasnya.

Dalam penutupnya, Kiai Afif menyerukan masyarakat untuk menggunakan akal sehat agar tidak mudah terseret pada konflik yang merugikan umat.

“Apakah mereka bodoh, tidak tahu siapa saudara dan siapa musuh sesungguhnya seperti Israel? Atau pura-pura bodoh dan menjadi buta tuli?” tanya Wakil Rais ‘Aam PBNU ini. (ivan)