JAKARTA, PustakaJC.co – Di tengah arus informasi yang kian cepat dan dinamis, Kementerian Agama RI melatih 200 dai muda dari seluruh Indonesia untuk menguasai strategi komunikasi digital. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Pembibitan Calon Dai Muda 2025, yang berlangsung di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, sejak 4 hingga 8 Agustus 2025.
Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi, mengatakan bahwa pendakwah muda saat ini tak cukup hanya pandai bicara. Mereka harus bisa menjadi manajer ide, inovator konten, dan komunikator yang peka terhadap perubahan zaman. Dilansir dari kemenag.go.id, Rabu, (6/8/2025).
“Kalau kontennya tidak sesuai kebutuhan umat, maka dakwah kita tidak akan menyentuh,” tegas Zayadi, Senin, (4/8/2025).
Lebih lanjut, Zayadi menyoroti pentingnya memahami karakter masyarakat urban dan Gen Z, yang mobile, terbuka teknologi, tapi tetap mencintai nilai-nilai tradisional. Karena itu, menurutnya, dakwah tak bisa hanya dilakukan di mimbar, tapi juga harus hadir di ruang digital.
“Sekitar 75 persen informasi keagamaan generasi muda didapat dari komunitas digital dan media sosial. Maka, dai hari ini harus masuk ke dunia mereka,” jelasnya.
Dai Gen Z, kata Zayadi, harus mampu menyampaikan pesan Islam yang substansial, kontekstual, dan moderat melalui platform digital yang familiar di kalangan muda.
Sementara itu, Kasubdit Dakwah dan Hari Besar Islam, Amirullah, menyebut program ini sebagai upaya mencetak dai muda berkomitmen pada moderasi beragama dan adaptif terhadap isu-isu sosial dan kebangsaan.
“Sebanyak 634 orang mendaftar, hanya 200 yang lolos seleksi ketat. Mereka adalah pemuda dan pemudi maksimal usia 25 tahun, aktif berdakwah di masjid, pesantren, komunitas, atau organisasi Islam,” ujarnya.
Peserta mengikuti pelatihan tematik meliputi:
•Manajemen dakwah
•Komunikasi digital & strategi konten
•Literasi keagamaan moderat
•Ekonomi syariah
•Wawasan kebangsaan
•Upaya deradikalisasi & intoleransi
Semua peserta wajib menyusun rencana aksi dakwah moderat yang bisa langsung diterapkan di daerah masing-masing.
“Kalau ada 200 peserta, maka bisa lahir 200 perspektif dan inovasi baru dalam dakwah,” pungkas Zayadi. (Ivan)