“Hal itu muncul karena mereka memikirkan berbagai ideologi, misalnya komunisme, yang mengasumsikan bahwa dinamika masyarakat pada dasarnya masalah ekonomi,” jelas Gus Yahya.
Menurut Gus Yahya, momentum besar seperti krisis ekonomi dan Perang Dunia II semakin memperkuat wacana kebangsaan di kalangan tokoh NU.
Dari pengalaman internasional para pendiri hingga gagasan inovatif generasi berikutnya, NU membuktikan bahwa ulama Indonesia mampu berpikir lintas batas, membangun peradaban Islam inklusif dan kosmopolit sejak awal. (ivan)