Selain itu, menulis esai melatih pengembangan gaya bahasa yang efektif dan kontekstual. Di era dakwah digital, kemampuan menyampaikan gagasan dengan bahasa ringan, komunikatif, dan persuasif menjadi penting untuk menjangkau masyarakat lintas latar belakang.
Beberapa pesantren telah memulai inisiatif membangun tradisi menulis melalui pelatihan jurnalistik, kelas menulis kreatif, atau penerbitan buletin internal. Namun, banyak inisiatif masih sporadis dan belum menjadi bagian dari sistem pembelajaran berkelanjutan. Pelatihan menulis esai tidak harus menjadi beban tambahan, tetapi dapat memperkuat pembelajaran logika (mantiq) dan retorika, serta menghubungkan ilmu klasik dengan tantangan zaman modern.
Materi keislaman seperti fiqih, tasawuf, dan tafsir bisa menjadi basis esai yang membahas isu aktual, seperti krisis lingkungan, etika digital, perdamaian antarumat beragama, hingga problematika kepemudaan dan urbanisasi. Menulis esai juga menghasilkan dokumentasi intelektual yang bisa diwariskan generasi berikutnya, sebagaimana ulama klasik meninggalkan syarah, hikayat, dan manaqib.