Khidmah, Konsolidasi, dan Tekad Merawat NU
Dalam sambutannya, Gus Yahya kembali menegaskan hakikat gerak organisasi: khidmah adalah ibadah. Kalimatnya jernih, tapi sarat ketegasan:
“Aktif dan mengabdi di NU adalah ibadatullah wa ‘idzharurrahmah bi Nahdlatil Ulama.”
Namun di balik pesan spiritual itu terselip realitas: NU besar, tetapi belum benar-benar terkonsolidasi.
“Elemen strukturalnya tidak nyambung; yang kultural lebih kompleks lagi. Tidak mungkin kita mengadres 30 ribu pesantren tanpa koherensi,” tegasnya.
Di titik ini, konsolidasi bukan sekadar membangun sistem. Ia adalah seni merawat kenyamanan, tradisi, dan persepsi publik yang terus berubah. NU bisa dianggap potensi, bisa pula dianggap ancaman—dan seorang pemimpin harus menavigasinya dengan hati-hati.
“Pesantren ini ke depan akan menjadi apa? Ekosistemnya harus dibangun—standar, mekanisme, pola hubungan,” tambahnya.