Salah satu pusaka yang menarik perhatian tahun ini adalah Kiai Pamong Angon Geni, hasil karya para empu Ponorogo. Pusaka ini mengandung makna filosofis mendalam bagi kepemimpinan daerah.
“Artinya, pemimpin harus mampu menggembalakan api. Kalau api mampu digembalakan, maka akan memanasi, memberi spirit dan kehangatan kepada rakyat. Tapi kalau salah mengelola api, maka akan terjadi kebakaran,” jelas Kang Giri.
Sebelum kirab dimulai, kegiatan dibuka dengan pembacaan Macapat, bentuk puisi tradisional Jawa. Setelah tiba di lokasi tujuan, kelima pusaka kemudian dijamas (dibersihkan secara sakral) oleh juru kunci makam. Esok harinya, pusaka kembali dikirab menuju pendapa kabupaten dan diikuti lebih banyak warga.