Panitia acara, Gaguk Hermanto, menjelaskan bahwa prosesi ini juga menyimbolkan perjalanan sejarah pemerintahan Ponorogo dari wilayah timur ke pusat kota saat ini.
“Prosesi ini menggambarkan perpindahan pusat pemerintahan Ponorogo dari kota timur ke kota tengah,” kata Bupati Ponorogo itu.
Tak hanya menarik minat warga lokal, Grebeg Suro tahun ini juga diikuti oleh peserta dari berbagai daerah seperti Lampung, bahkan wisatawan dari Prancis. Ini membuktikan bahwa tradisi budaya Ponorogo terus menjadi daya tarik publik luas, bahkan hingga mancanegara.
Melalui Bedol Pusaka, masyarakat Ponorogo tidak hanya merayakan datangnya tahun baru Hijriah, tetapi juga meneguhkan kembali akar budaya, semangat gotong royong, dan filosofi luhur nenek moyang. Dalam diam dan langkah penuh hormat, mereka menyambut Satu Suro dengan harapan baru: Ponorogo yang semakin hebat, hangat, dan berdaya. (ivan)