Abrasi dipicu oleh siklus pasang surut ekstrem yang terjadi hingga 132 kali dalam setahun, berdasarkan catatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Bencana ini tak hanya menggerus daratan, tapi juga menyerang tambak-tambak produktif milik warga.
Dinas Perikanan Gresik mencatat, sepanjang tahun 2025 ini, sebanyak 590 hektare tambak di tiga kecamatan terendam. Wilayah paling terdampak adalah Desa Pangkahwetan, Ujungpangkah, yang merupakan sentra tambak bandeng dengan total kerusakan mencapai 300 hektare.
“Petambak sebenarnya sudah mengantisipasi dengan membuat tanggul manual, tapi jika rob datang lebih besar, tanggul itu tetap jebol,” terang Plt Kepala Dinas Perikanan Gresik, Eko Anindito Putro, Kamis, (17/7/2025).