Menurutnya, warung ayam betutu biasanya berawal dari tempat yang dikelola ini. Beberapa dari mereka merupakan karyawan yang lantas membuka warung sendiri, ada juga keponakan yang buka.
Meski begitu, jelasnya resep pengikat para pelanggan Warung Men Tempeh sebagian besar karena rasa gurih yang ditimbulkan oleh kombinasi bumbu dan ayam kampung jantan. Karena bila tidak dagingnya akan hancur.
Dharma Santika Putra, pelanggan setia Men Tempeh mengaku selain soal rasa, kebersahajaan warung juga membuatnya selalu kangen untuk datang lagi. Walau kini kuliner ayam betutu sudah hadir di mana-mana.
Tetapi hal yang berbeda dari Men Tempeh adalah ceritanya yang saat hidup selalu duduk di pintu dapurnya. Setiap pembeli, umumnya berasal dari mereka yang sudah datang berkali-kali ke sana.
“Selalu ada interaksi antara pembeli dan Men Tempeh dulu. Itu menyenangkan,” ujarnya.
Dan Warung Men Tempeh di bekas terminal bus tua dekat Pelabuhan Gilimanuk itu masih tetap tidak berubah. Hal ini karena kesederhanaan dan keterbukaan sudah menjadi merek dagangnya. (int)