Songgo Buwono, Makanan Bangsawan Kasultanan Ngayogyakarta

kuliner | 29 Februari 2024 08:13

Songgo Buwono, Makanan Bangsawan Kasultanan Ngayogyakarta
Dok aureliapuding

YOGYAKARTA, PustakaJC.co - Sudah pernah mendengar songgo buwono? Kuliner khas Jogja yang punya nama unik ini punya cita rasa yang lezat. Bahkan, songgo buwono ini disebut sebagai makanan priayi Keraton Jogja.

 

Jogja dikenal sebagai kota wisata yang menyuguhkan kuliner khas dengan bentuk, rasa, bahkan makna filosofis yang bervariasi. Salah satu kuliner bersejarah asal Jogja yang lezat dan memiliki makna filosofi adalah songgo buwono.

 

Songgo buwono adalah sajian roti yang dipadukan dengan berbagai macam toping tambahan mulai dari daging hingga sayuran. Masing-masing komponen yang membentuk songgo buwono memiliki makna tersendiri.

 

Dengan komponen penyusun yang terbilang lengkap dan bernutrisi, songgo buwono dikenal sebagai makanan priayi Keraton Jogja. Berikut pembahasan lengkap mengenai songgo buwono.

Apa Itu Songgo Buwono?

 

Songgo buwono merupakan hidangan berbahan kue sus yang diisi dengan daun selada dan ragut, yaitu campuran sayuran, telur ayam, daging, wortel, dan lain-lain. Mengutip buku 'Serba-Serbi Baking' (2018) oleh MS Rinadedik, songgo buwono biasanya disuguhkan pada acara pernikahan dengan porsi yang lebih besar dan disertai acar sebagai pendampingnya.

 

Songgo buwono adalah makanan tradisional khas Jogja yang penamaannya berasal dari dua kata yaitu songgo yang berarti penyangga dan buwono yang berarti langit atau kehidupan. Dengan kata lain, songgo buwono merupakan makanan yang memiliki makna penyangga kehidupan.

 

Sejarah Songgo Buwono

Mengutip laman Kementerian Sekretariat Negara RI, songgo buwono merupakan makanan pembuka yang lahir di Keraton Jogja. Sultan Hamengkubuwono VIII-lah yang menginisiasi pembuatan songgo buwono. Oleh karena itu, songgo buwono juga disebut sebagai makanan priayi.

 

Songgo buwono juga menjadi petunjuk keadaan politik di Jogja pada masa lalu. Saat itu, kondisi kesultanan di Jogja banyak dipengaruhi oleh keberadaan Belanda, Oleh karenanya, kuliner yang biasa disajikan pun bernuansa western atau cenderung kebarat-baratan.

 

Sebagai kuliner hasil akulturasi, songgo buwono memadukan berbagai gaya hidangan dari sejumlah negara. Misalnya, kue sus sendiri berasal dari Belanda, saus mayones dari Perancis, dan acar ala Tiongkok juga hadir sebagai pelengkap songgo buwono.

 

Filosofi Songgo Buwono

Songgo buwono terdiri dari berbagai komponen yang memiliki makna filosofis masing-masing. Kue sus yang menjadi penopang songgo buwono menyiratkan bentuk bumi, di mana semua makhluk hidup lahir dan mati. Daun selada menggambarkan hamparan pepohonan dan tumbuhan hijau yang asri dan lestari.

 

Isian songgo buwono yang disebut ragut merepresentasikan tentang keberagaman masyarakat di dunia yang mampu berpadu dalam sebuah keselarasan. Sedangkan telur ayam dan mayones menyiratkan langit, serta acar menjadi simbolisasi bintang.

 

Selain itu, sebagai hidangan pernikahan, songgo buwono menggambarkan kesiapan kedua mempelai untuk mengarungi kehidupan secara mandiri.(int)