Tak hanya identik dengan masa sulit, tiwul juga menjadi simbol ketahanan pangan lokal. Banyak keluarga di pedesaan yang masih membuatnya secara turun-temurun sebagai bentuk pelestarian budaya. Rasanya yang khas membuatnya tetap dicintai meski kini beras sudah melimpah.
Di era modern, tiwul hadir dalam berbagai inovasi, seperti tiwul instan, tiwul manis dengan gula kelapa, hingga tiwul berwarna-warni yang menarik bagi anak-anak. Inovasi ini membuat tiwul semakin mudah dijangkau tanpa kehilangan cita rasa aslinya.
Keberadaan tiwul bukan sekadar cerita kuliner, melainkan bagian dari sejarah yang mengajarkan tentang kesederhanaan dan ketangguhan hidup. Dari masa penjajahan hingga kini, tiwul tetap menjadi pengingat bahwa tradisi dan kearifan lokal patut dijaga agar tidak punah. (nov)