Walau begitu peneliti reog, Rido Kurnianto menyebut semua hasil penelitian tentang reog belum ada yang berhasil mengungkap sejarahnya secara ilmiah. Penelitian ini, katanya, selalu terbentur pada permasalahan fakta dan data hanya bersumber dari informasi lisan.
Walau ada beberapa prasasti dan situs, seperti situs Bantarangin di Kecamatan Sumoroto, prasasti di Desa Kutu, Kecamatan Jetis; Ki Ageng Mirah di Desa Mirah, Kecamatan Sukorejo, dan Ki Onggolono di Desa Golan, Kecamatan Sukorejo yang dikaitkan dengan sejarah reog.
Dirinya malah percaya bahwa berkembangnya reog seiring dengan keberadaan masyarakat awal Ponorogo yang masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme yakni percaya bahwa segala sesuatu terjadi karena keberadaan roh-roh di alam.
“Dalam kepercayaan animisme dan dinamisme, bencana atau bala itu akibat kemarahan roh-roh yang ada di alam sehingga diperlukan upaya bersih-bersih dengan memanggil roh yang lebih kuat,” katanya yang dilansir dari Antara News.