Dengan terbunuhnya Raja Wijayawarmma dari Wengker itu, selesailah kampanye penaklukkan Raja Airlangga. Prasasti Pucangan menyebutkan bahwa Airlangga sebagai pemersatu (Messiah).
Dia pun duduk di atas singgasana dan meletakkan kakinya di atas kepala musuh-musuhnya. Hal ini juga digambarkan dalam patung perwujudan Raja Airlangga berupa patung Wisnu duduk di atas Garuda yang dianggap singgasananya.
Namun, patung Wisnu (Airlangga) duduk di atas Garuda itulah yang justru dijadikan bentuk Reog Ponorogo dengan cara dibalik, yaitu Garuda (Merak) duduk di atas Airlangga (Barongan).
“Rupanya-rupanya bentuk reog itu merupakan satire atau bentuk penghinaan dari pemilik legenda (rakyat Wengker) kepada Raja Airlangga sebagai musuh besarnya.” ucap Slamet Sujud P J dalam jurnal sejarah berjudul Kajian Historis Legenda Reog Ponorogo.