Wayang Krucil, Warisan Warga Kediri

gaya hidup | 05 April 2023 06:36

Wayang Krucil, Warisan Warga Kediri
Dok jayatikediri

SURABAYA, PustakaJC.co - Pemerintah Kabupaten (Pemkab Kediri) Kediri melakukan langkah cepat untuk mematenkan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dua seni budaya khas Kediri, Wayang Krucil dan Jaranan Jowo.

 

Dimuat dari Tempo, Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4) menerima Surat Pencatatan Inventarisasi Kekayaan Intelektual Komunal Ekspresi Budaya Tradisional yang memuat Wayang Krucil sebagai budaya asli Kediri, senin (9 Januari 2023).

 

“Usai adanya pelaporan itu, Alhamdulilah hari ini Wayang Krucil resmi milik Kabupaten Kediri dan suratnya sudah turun hari ini,” ujar Ketua DK4 Imam Mubarok.

 

Dikatakan oleh Gus Barok, Wayang Krucil memang hanya ada di Kediri, dan ceritanya yang asli hanya fokus di Cerita Pandji. Selain Wayang Krucil, DK4 juga mengajukan beberapa kesenian untuk di HAKI-kan.

 

“Tahun 2023 rencananya akan lebih banyak kesenian dan juga budaya Kabupaten Kediri yang di HAKI-kan, seperti Keris Betok, Warangka Keris Kediren, dan seni Tiban,” ujarnya.

 

Wayang krucil atau wayang klithik adalah bentuk dari sebuah seni pertunjukan yang menggunakan wayang berukuran kecil. Wayang tersebut terbuat dari kayu pipih dengan tangan terbuat dari kulit sehingga mudah digerakkan dari dalang.

 

Dinukil dari Liputan6, penamaan wayang krucil karena ukurannya yang lebih kecil daripada wayang kulit biasanya. Wayang krucil hanya berukuran sekitar 30 sentimeter. Kata krucil mengacu pada penyebutan untuk anak kecil dalam masyarakat Jawa.

 

Figur wayang krucil menyerupai wayang kulit purwa, namun berbeda tokoh dan karakternya. Kesenian wayang krucil menyebar dan berkembang di sepanjang daerah aliran Sungai Brantas dan Bengawan Solo.

 

Karena itu penyebaran wayang krucil dimulai dari wilayah Jawa Timur meliputi Malang, Tulungagung, Kediri, Nganjuk, Ngawi, dan Bojonegoro, serta Blora di Jawa Tengah. Pola ini menunjukkan wayang krucil tumbuh dalam lingkungan agraris dan dekat sungai.

 

Ada beberapa pendapat mengenai kemunculan wayang krucil dalam kesenian Jawa. Beberapa pendapat mengaitkannya dengan kedatangan Islam di Nusantara. Wayang krucil disebut sebagai akulturasi antara wayang kulit purwa dan kebudayaan Islam.

 

Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus dianggap sebagai inspirator sekaligus kreator yang melainkan wayang krucil. Mereka kemudian menggunakan wayang krucil sebagai media dakwah untuk menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.

 

Cerita Panji menjadi ciri khas kisah dari wayang krucil dari Jawa Timur. Lakon yang dimainkan bersumber dari cerita-cerita Panji, khususnya legenda Panji Asmorobangun atau Panji Semirang.

 

Cerita ini mengisahkan perjalanan Raden Panji dalam mencari Dewi Sekartaji. Ada 70 tokoh yang ditampilkan antara lain Raden Panji, Dewi Sekartaji, Dewi Ragil Kuning, dan Prabu Joyoboyo.

 

Sosok Panji digambarkan memakai tekes seperti yang ada di relief Candi Penataran. Raden Panji digambarkan sebagai satria yang wajahnya berwarna putih atau kuning, sedangkan bentuk teks dapat berbeda di tiap-tiap daerah.

 

“Teks pada wayang Krucil hanya dikenakan oleh Raden Panji Asmorobangun, sedangkan tokoh satria lainnya mengenakan topi gelang keling,” jelas Tifani. (int)