MAKKAH, PustakaJC.co - Di tengah ketatnya seleksi petugas haji yang diikuti lebih dari 15.000 peserta, seorang wartawan NU Online berhasil lolos sebagai petugas Media Center Haji (MCH) 2025. Baginya, tugas ini bukan sekadar liputan, tapi ibadah melalui pelayanan kepada jutaan jamaah haji Indonesia di Tanah Suci.
Menjadi petugas haji adalah impian banyak umat Islam di Indonesia. Tak hanya sebagai bentuk pengabdian, tugas ini juga merupakan kesempatan langka untuk menunaikan ibadah haji dengan tanggung jawab besar: melayani jamaah haji Indonesia di Arab Saudi. Dari total 15 ribu lebih pendaftar, hanya 2.210 orang yang diterima termasuk wartawan NU Online, Patoni. Dilansir dari laman nu.or.id, Jumat, (9/5/2025).
Patoni menjadi satu-satunya jurnalis dari redaksi NU Online yang ditugaskan mengikuti seleksi petugas haji untuk bidang Media Center Haji (MCH). “Patoni, siapkan ubo rampe dari sekarang. Yang harus diprioritaskan: paspor,” pesan Ivan Aulia Ahsan, Pemimpin Redaksi NU Online, pada 8 November 2024.
Dorongan itu menjadi langkah awal penting. Pada hari yang sama, Patoni langsung mendaftar paspor melalui aplikasi M-Paspor, dan akhirnya diterbitkan pada 28 November 2024 tepat sebelum pendaftaran ditutup.
“Waktu itu saya sempat bergumam dalam hati, ‘lolos aja belum, kok sudah disuruh bikin paspor,’” kenang Patoni sambil tersenyum.
Seleksi berlangsung ketat. Dari 15 ribu lebih pelamar, hanya 1.900-an yang lolos tahap administrasi untuk lanjut ke tes CAT dan wawancara pada 17 Desember 2024. Pengumuman kelulusan sempat tertunda, dan baru disampaikan pada Sabtu, 12 April 2025, pukul 18.23 WIB melalui WhatsApp resmi Kemenag.
“Saya langsung sujud syukur. Tapi belum sempat lega, sudah harus mengurus 13 dokumen persyaratan dalam satu hari,” ujar Patoni. Di antara dokumen itu adalah hasil tes kesehatan, surat bebas narkoba, dan pengajuan visa.
Bimbingan Teknis (Bimtek) di Asrama Haji Pondok Gede pada 14–20 April 2025 menjadi ajang terakhir penyaringan. Peserta digembleng dari pukul 04.00 pagi hingga menjelang tengah malam, termasuk gladi posko Armuzna (Arafah-Muzdalifah-Mina).
Direktur Bina Haji Kemenag, Ahmad Mustain, mengingatkan bahwa petugas haji bukan sekadar beribadah secara pribadi, tapi utamanya melayani jamaah.
“Ibadah utama petugas haji adalah melayani jamaah dengan sepenuh hati,” tegasnya dalam pengarahan pembukaan Bimtek.
Khusus untuk MCH, Kepala Biro Humas dan Komunikasi Publik Kemenag, Ahmad Fauzin menekankan pentingnya netralitas.
“Selama bertugas, wartawan MCH harus menanggalkan identitas institusi asal. Fokus utamanya adalah melayani dan memberi informasi yang dibutuhkan jamaah,” katanya.
Menurut Fauzin, tugas wartawan MCH tidak berhenti pada pelaporan.
“Informasi yang Anda sampaikan bisa menyelamatkan nyawa jamaah. Maka ini juga bagian dari hifdzun nafs menjaga keselamatan jiwa,” ungkap wartawan yang dikirim NU itu. (ivan)