BPBD Ingatkan Potensi Bencana di Jatim Dampak Dinamika Atmosfer Picu Cuaca Ekstrem

pemerintahan | 09 Juli 2025 06:23

BPBD Ingatkan Potensi Bencana di Jatim Dampak Dinamika Atmosfer Picu Cuaca Ekstrem
Kalaksa BPBD Jatim, Gatot Soebroto, didampingi Kabid Kedaruratan dan Logistik, Satriyo Nurseno, saat meninjau banjir di Sidoarjo beberapa waktu lalu. (dok BPBD Jatim)

Berita ini disupport oleh BPBD Jatim

SURABAYA, PustakaJC.co - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur (BPBD Jatim) mengingatkan ada 14 potensi bencana yang dapat melanda Jatim. Belasan jenis bencana ini bisa mengancam hampir seluruh kabupaten/kota di Jatim. 

 

Menurut Kepala Pelaksana BPBD Jatim, Gatot Subroto, belasan ancaman itu adalah banjir, banjir bandang, gelombang ekstrem dan abrasi, gempa bumi, kegagalan teknologi, kekeringan, pandemi covid-19, epidemi dan wabah penyakit, letusan gunung api, cuaca ekstrem, tanah longsor, tsunami, kebakaran hutan dan lahan, serta likuifaksi.

 

Dari belasan ancaman bencana itu, bencana yang memiliki risiko yang tinggi di antara kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, gempa bumi, banjir, longsor, serta banjir bandang.

 

“Ini etalase Jatim, sehingga perlu dilakukan yang namanya kajian risiko bencana,” katanya, dalam Seminar Digitalisasi Peta Risiko Bencana di Batu, Jatim, yang dipantau daring, Rabu  (9/7). 

Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto dalam acara Seminar Digitalisasi Risiko Bencana di Kota Batu, Selasa (8/7/2025)

 

Dia juga menyampaikan, di Jatim, sejak awal tahun hingga 30 Juni 2025, sudah terjadi sebanyak 207 kejadian bencana. Sampai penghujung tahun, Jatim diprediksi akan lebih banyak menghadapi bencana kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan.

 

“Di semester kedua lebih cenderung bencananya adalah kekeringan di mana kita butuh looping air bersih dan potensi kebakaran hutan dan lahan yang menjadi perhatian kita,” terangnya.

Dia mengatakan, pada tahun 2024, Jatim mengalami 393 kejadian bencana. Jumlah ini meningkat beberapa tahun terakhir. Sebab pada 2020 hanya 273 kejadian, 2021 ada 310 kejadian, dan 2022 mencapai 244 kejadian.

 

Meski begitu, lonjakan jumlah bencana yang terjadi di Jatim pada 2024 kata Gatot juga sangat dipengaruhi perubahan definisi soal bencana yang bisa ditangani oleh pemerintah. 

 

“Dulu kejadian bencana yang bisa ditangani oleh pemerintah apabila ada korban lima orang. Ada perubahan baru di mana satu orang meninggal itu sudah dikategorikan bencana dan harus ditangani oleh pemerintah, sehingga inilah yang membuat volume bencana meningkat,” katanya.

 

Sebelumnya, suatu kejadian dapat dikatakan bencana jika wilayahnya mencapai lima hektare (ha). Namun, pemerintah mengubahnya menjadi hanya satu hektare.

 

Sementara itu, BPBD Kabupaten Malang, Jawa Timur mewaspadai terjadinya cuaca ekstrem yang berpotensi menyebabkan bencana hidrometeorologi dengan meningkatkan pengawasan di seluruh wilayah di kabupaten tersebut.

"Kami meningkatkan fokus pengawasan di daerah rawan bencana hidrometeorologi," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang Sadono Irawan di Malang, Jawa Timur, Selasa.

 

Pengawasan ketat ini dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut terhadap prediksi terjadinya cuaca ekstrem di Jawa Timur pada 8-11 Juli 2025 yang diterbitkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Juanda Sidoarjo.

 

Melalui pernyataan itu BMKG Kelas I Juanda menyatakan bahwa bencana hidrometeorologi yang berpotensi muncul, meliputi hujan berintensitas sedang hingga deras, banjir bandang, tanah longsor, angin puting beliung, hingga hujan es.

 

Beberapa wilayah di Jawa Timur yang berpotensi terdampak, yakni Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Blitar, Kabupaten Gresik, Kabupaten Jember, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Madiun.

 

Selanjutnya, Kabupaten Malang, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Kabupaten Sumenep, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Kediri, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Pamekasan.

 

BPBD Kabupaten Malang telah melakukan pemetaan wilayah rawan dilanda bencana hidrometeorologi. Untuk daerah rawan banjir dan banjir bandang, meliputi Kecamatan Pujon, Ngantang, Kasembon, Karangploso, Dau, Singosari, Lawang, Pakis, Poncokusumo, Ampelgading, Tirtoyudo, Dampit, Sumbermanjing Wetan, Gedangan, Kalipare, dan Wagir.

 

"Hari ini kami sudah bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas terkait pengiriman alat berat untuk normalisasi sungai di Desa Purwodadi dan Desa Pujiharho, Kecamatan Tirtoyudo yang kemarin terdampak banjir dua kali," ujarnya.

 

Kemudian, daerah rawan angin puting beliung, ada di Kecamatan Karangploso, Dau, Singosari, Lawang, Pakis, Jabung, Tajinan, Poncokusumo, Bululawang, Gondanglegi, Sumberpucung, dan Kepanjen.

Untuk daerah rawan tanah longsor, meliputi Kecamatan Pujon, Ngantang, Kasembon, Karangploso, Dau, Singosari, Lawang, Poncokusumo, Tumpang, Ampelgading, Tirtoyudo, Dampit, Sumbermanjing Wetan, Wagir, Kromengan, Ngajum, dan Wonosari.

 

Sadono mengimbau seluruh masyarakat agar mewaspadai potensi terjadinya cuaca ekstrem, sebagaimana prediksi yang telah dikeluarkan oleh BMKG Kelas I Juanda.

 

"Kondisi cuaca ini bisa menyebabkan jalan licin dan keterbatasan jarak pandang kendaraan bermotor," tutupnya. 

 

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorolgi Klas I Juanda meminta masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah Jawa Timur pada periode 08 – 11 Juli 2025, yang dapat mengakibatkan terjadinya bencana hidrometeorologi.

 

Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo,Taufiq Hermawan dalam keterangan resmi BMKG menyebutkan wilayah di Jatim yang patut mewaspadai bencana hidrometeorologi yakni di wilayah Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Blitar, Kabupaten Gresik, Kabupaten Jember dan Kabupaten Lumajang.

 

Kemudian kabupaten Madiun, Kabupaten  Malang, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Kediri, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Pemekasan.

 

“Bencana bisa berupa hujan sedang hingga lebat, banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, serta hujan es, “jelasnya, Selasa (8/7/2025).

 

Lebih lanjut ia mengatakan, saat ini wilayah Jawa Timur sudah memasuki musim kemarau. Secara umum kondisi cuaca di wilayah Jawa Timur diprakirakan cerah berawan dan berpeluang hujan ringan secara lokal.

 

Sementara potensi cuaca ekstrem beberapa hari kedepan terjadi berdasarkan kondisi dinamika atmosfer saat ini.

 

“Adanya gangguan gelombang atmosfer Kelvin dan Low Frequency yang melintasi Perairan utara Jawa Timur serta Suhu Muka Laut di selat madura yang masih cukup hangat mengakibatkan peningkatan pertumbuhan awan-awan penghujan di wilayah Jawa Timur dalam tiga hari kedepan, “tutupnya. (int)