“Penutupan defisit dengan SiLPA bersifat one-off atau tidak berkelanjutan. Jika tren defisit berlanjut, APBD 2026 akan terancam fiscal cliff bila tidak ada SiLPA yang besar,” jelas Faizin
Sejalan dengan itu, Fraksi Gerindra menilai lonjakan defisit dari Rp1,77 triliun menjadi Rp4,39 triliun harus dikawal ketat.
“Secara akademis defisit ini mencerminkan belanja ekspansif yang tidak seimbang dengan pendapatan, sementara SiLPA besar menunjukkan inefisiensi perencanaan. Kedua hal ini harus diawasi agar tidak menimbulkan risiko fiskal jangka panjang,” ujar juru bicara Gerindra, Soemarjono.