Inflasi Jatim Capai 2,69 Persen, Emas dan Beras Jadi Pemicu Utama

pemerintahan | 04 November 2025 09:33

Inflasi Jatim Capai 2,69 Persen, Emas dan Beras Jadi Pemicu Utama
Kepala BPS Jatim melalui Statistisi Ahli Madya, Debora Sulistya Rini. (dok bhirawa)

SURABAYA, PustakaJC.co - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur mencatat inflasi tahunan (year-on-year) Oktober 2025 sebesar 2,69 persen. Kenaikan harga terutama dipicu oleh emas perhiasan, beras, dan bahan pangan lainnya.

 

Statistisi Ahli Madya BPS Jatim, Debora Sulistya Rini, menjelaskan bahwa inflasi tersebut ditopang oleh dua kelompok utama, yakni makanan, minuman, dan tembakau sebesar 4,14 persen dengan andil 1,13 persen, serta perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 13,43 persen dengan andil 0,90 persen. Dilansir dari bhirawaonline.co.id, Selasa, (4/11/2025).

 

“Beras, daging ayam ras, telur ayam, serta cabai merah masih menjadi penyumbang utama inflasi. Selain itu, kenaikan harga emas perhiasan juga berdampak signifikan,” ujar Debora, Senin, (3/11/2025).

 

 

Kenaikan juga terjadi pada kelompok pakaian dan alas kaki (0,84%), perumahan dan bahan bakar rumah tangga (1,34%), kesehatan (1,87%), transportasi (0,79%), dan pendidikan (1,71%). Sementara kelompok informasi dan komunikasi justru mengalami deflasi 0,55 persen karena turunnya harga ponsel dan laptop.

 

BPS mencatat, komoditas penyumbang inflasi tertinggi antara lain emas perhiasan, beras, daging ayam ras, telur ayam, bawang merah, cabai merah, minyak goreng, dan bahan bakar rumah tangga. Adapun penekan inflasi datang dari bawang putih, cabai rawit, angkutan udara, dan ikan mujair.

 

Secara bulanan, inflasi Jawa Timur mencapai 0,30 persen, sedangkan inflasi tahun kalender (year-to-date) sebesar 1,98 persen. Dari 11 daerah Indeks Harga Konsumen (IHK), inflasi tertinggi terjadi di Sumenep (3,47%), sedangkan terendah di Gresik (2,16%).

 

Meski ada tekanan harga, BPS menilai kondisi inflasi Jawa Timur masih terkendali, karena berada di bawah batas atas target nasional inflasi 3±1 persen. Pemerintah daerah diimbau tetap mewaspadai gejolak harga pangan menjelang akhir tahun, terutama pada beras, cabai, dan telur ayam. (ivan)